Ia takut semuanya akan hilang dan tidak lagi menjadi miliknya. Raja benar-benar merasa sadar akan perbuatannya.
"Ya aku mengakui semuanya. Aku memang telah merasa sombong dengan kekuatan dan kekuasaan. Aku merasa bersalah. Maafkan aku," kata sang Raja.
"Tak perlu kau meminta maaf padaku, mintalah maaf kepada dirimu sendiri yang telah kau paksa mengikuti kemauanmu yang memang tidak seharusnya," kata nenek tua.
Nenek tua itu memandang wajah sang Raja. Dilihatnya raut penyesalan yang sangat dalam. Raja teringat akan kesombongannya. Kesombongan yang telah membuat ia jatuh sakit. Sakit karena takut kehilangan harta dan kekuasaan.
"Terima kasih, Nek, kau telah memberikan obat yang paling manjur untukku. Kata-katamu benar-benar menyadarkanku," kata sang Raja.
"Baiklah, aku pamit pulang. Tak usahlah kau memberikan hadiah yang berlimpah untukku. Karena aku tahu kau akan mengingkarinya ... " kata nenek tua. Bibirnya tersenyum.
Raja kaget dengan ucapan nenek tua. Nenek tua dapat membaca niat jahat sang Raja.
"Si... siapakah sebenarnya dirimu wahai nenek tua?" tanya Raja dengan wajah sangat keheranan.
"kau ingin  tahu siapa aku?, aku di utus dewata untuk menyadarkan kesombonganmu" kata nenek tua itu.
Tiba-tiba nenek tua itu menghilang. Hanya hembusan angin dan balutan asap putih yang lama-lama menghilang ditiup angin.
Kamar sang Raja sepi.