Mohon tunggu...
agus suryadi
agus suryadi Mohon Tunggu... Pengajar/Guru SD -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raja yang Sadar (Dongeng)

11 Oktober 2018   09:09 Diperbarui: 11 Oktober 2018   09:54 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ampun paduka Raja. izinkan hamba berbicara dan bertanya. Saat ini, bagian mana yang paduka raja rasa paling  sakit?" tanya nenek tua.

Raja mengernyitkan dahinya, ia merasa aneh dengan pertanyaan nenek tua itu.

"Tentu saja aku merasa sakit di sekujur tubuhku, karena itulah aku tidak bisa bangun dari tidurku" kata sang Raja.

"Kalau begitu izinkan aku mengobati hatimu," kata nenek tua.

"Apa? Mengobati hatiku? Apa maksudmu nenek tua?" tanya Raja penuh keheranan.

"Penyakitmu bersumber dari hati. Paduka terlalu merasa hebat dan merasa paling kuat. Hati paduka menjadi sekuat batu karena di tutupi kesombongan. Paduka selalu berfikir sangat keras siang dan malam karena paduka takut jika ada yang merebut kekuasaan paduka. Paduka lupa makan dan istirahat karena takut kekayaan paduka ada yang  mengambil dan menguasai. Karena itulah paduka jatuh sakit," kata nenek tua.

"Benarkah begitu nenek hai nenek tua?" tanya sang Raja.

"Ya ... itu yang dapat hamba sampaikan sebagai obat penyembuh sakit paduka Raja," kata  nenek tua.

"Hanya itu saja? Tak ada yang lain? " tanya sang Raja lagi.

"Ada paduka. Hamba hanya ingin menyampaikan bahwa kekuasaan yang paduka punya tidaklah sebanding dengan kekuasaan yang di miliki sang pencipta. Kesombongan yang  paduka miliki hanya akan membuat paduka menderita. Ingat paduka, kehebatan bukan untuk dipamerkan dan kekuasaan harusnya dijadikan sebagai perlindungan," kata nenek tua itu panjang lebar.

Raja hanya terdiam. Ia benar-benar merasa malu dengan perbuatannya. Selama ini ia menganggap bahwa dirinyalah yang paling berkuasa dan paling kuat. Hampir tiap setiap saat ia memikirkan kekusaan dan kekayaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun