Langkah Mbok Parti berhenti di depan sebuah SD. Bakul besar di punggungnya dengan perlahan diturunkan. Pantatnya diletakkan di bangku kecil di bawah pohon mangga depan SD itu. Tangan tuanya, pelan menyeka keringat di kening. "Panas banget, cuaca hari ini," gumamnya.
"Gasik, Mbok," sapa Mawar.
"Inggih,Bu," jawab Mbok Parti setengah terkejut.
"Mbok, tidak usah panggil Bu," kata Mawar. "Kan saya sudah pernah bilang lebih enak dipanggil Nduk saja."
"Oh, iya. Lupa. Ya, Nduk," ulang Mbok Parti.
Mawar adalah salah seorang guru di SD itu. Statusnya sudah PNS pengangkatan sekitar 2 tahun yang lalu. Hubungannya dengan Mbok Parti terjalin sejak dia diangkat di SD itu. Saking akrabnya mereka seperti ibu dan anak saja.
"Hari Kartini po, Nduk? Tanya Mbok Parti. Matanya mengawasi beberapa anak yang keluar dari kelas dengan memakai pakain adat. Yang perempuan memakai kebaya, sedangkan yang laki-laki ada yang memakai surjan ada juga yang memakai beskap.
"Baru tahu po, Mbok. Mawar kan juga pakai kebaya," kata Mawar sambil menahan senyum.
"O, iya ya.Lupa." Mbok Parti senyum sendiri.
"Memang Mbok Parti itu Sukanya lupa. Berapa kali manggil Mawar dengan sebutan Bu, hayo!" goda Mawar.
"Kamu bersyukur Nduk, hidup di jaman seperti ini." Kali ini Mbok Parti berbicara serius.