Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bolehkah Lisal Saya Masukkan Dalam Sastra Bumi?

23 Desember 2011   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kaulah mentari yang menerangi siang dan malamku
Embun yang menyejukkan sepanjang hidupku
Izinkan aku merangkai tiga huruf untukmu
Mengukirnya di sanubari terdalamku

Kaulah inspirasi hidupku
Tak kan padam oleh waktu
Izinkan aku merindumu
Dalam waktu yang kian menipis

I B U
Tiga huruf paling bermakna dalam hidupku
Tiga huruf yang paling mendalam dalam benakku
Inginku berteduh diantara huruf-huruf itu

I B U
Izinkan anakmu mengeja namamu
Meski kelu lidah ini
Meski pongah diri ini

I B U
Izinkan ku bergelayut
Diantara huruf I dan B
dan diantara huruf B dan U

Di luar, rintik hujan menggigilkan waktu
Membisukan dentang dan dentingnya
Tik…tik…tik…
Tak terdengar bunyi itu

Rumah Kenangan Banyumas, 22 Desember 2011

----------------------------------------------------------------------

Inspirasi tulisan dari sini :

1.http://bahasa.kompasiana.com/2011/12/01/ditulis-asal-asalan-dan-meracau-bisakah-disebut-puisi/

2.http://media.kompasiana.com/new-media/2011/12/07/fiksiana-dari-sastra-langit-ke-sastra-bumi/


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun