Dan sampai akhir kompetisi masih ada klub yang terkena denda, dengan aturan yang sedikit di paksakan yaitu Mitra Kukar, yang harus mengeluarkan uang denda 100 juta, karena memainkan seorang Sisoko yang menurutnya tidak boleh tampil ketika melawan Bhayangkara FC.
Keselamatan Pemain Kurang Terjamin
Pertandingan yang keras sering ditampilkan disetiap pertandingan, untuk sekelas pemain lokal mungkin sudah terbiasa, tetapi untuk sekelas pemain Marquee Player seperti Odemwingie, Essien juga yang lainnya mereka sering terlihat meriding jika bersentuhan dengan pemain lokal Indonesia, dan atas jaminan keselamatan yang kurang terjamin tersebut, ada beberapa pemain asing yang mungkin akan meninggalkan Indonesia.
Contohnya Peter Odemwingie yang menurut kabar terakhir akan pergi meninggalkan Madura United yang kapok bermain di Liga Indonesia, yang sebelumnya beliau cedera kaki karena di langgar keras ketika melawan Bhayangkara FC.
Wasit yang Masih Jauh dari Harapan
Perbaikan kinerja wasit terus diperbaiki, karena wasit merupakan masalah yang menonjol di Liga Indonesia, dengan mendatangkan Wasit asing dengan tujuan memperbaiki wasit Indonesia, juga pemain yang taat pada aturan, tidak begitu memecahkan masalah.
Pada pertandingan terakhir wasit asing asal Australia dengan kedua hakim garisnya yang sama-sama Impor, melakukan blunder ketikan memimpin pertandingan big match antara Persija VS Persib yang diadakan disolo, yang menganulir gol Persib Bandung oleh Ezechiel, padahal gol tersebut sudah menyentuh jaring gawang, sehingga jaring tersebut bergetar.
Dan Bambang Pamungkas yang merupakan pemain Persija, mengakuinya bahwa itu sebuah gol, atas kejadian tersebut membuktikan bahwa perbaikan kinerja wasit masih jauh dari harapan, dan masalah wasit tersebut kurang ditanggapi dan dipermasalahkan
Dua Klub yang di Paksakan
Bhayangkaran FC dan PS TNI, merupakan dua klub yang mewakili Polri dan TNI sehingga identik dengan pemerintah, hal ini sangat disayangkan karena dua klub tersebut seharusnya menjadi sosok pengaman dalam Kompetisi berjalan, dan tidak untuk mengikuti kompetisi karena seharusnya bersifat netral dan riskan terjadinnya masuk unsur politik dalam dunia sepak bola yang akan merusak khasanah dunia sepak bola di negeri ini.