Ini 5 Strategi Jitu Membangun Karir Baru (Career Swicthing)
Kita hidup di era yang sangat dinamis. Menurut data dari BPS, jumlah pekerja di Indonesia terus bertambah, mencapai 144,642,000 pada tahun 2024. Namun, pertambahan ini juga diiringi dengan disrupsi teknologi dan perubahan tuntutan pasar kerja. Profesi yang dicari hari ini bisa jadi berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Pekerjaan seperti digital marketing specialist, data scientist, dan UI/UX designer kini sudah merajai pasar, sementara banyak pekerjaan manual mulai digantikan oleh AI. Singkatnya, dunia kerja menuntut kita untuk selalu beradaptasi.
Jadi, ketika kita mengalami kemunduran karir, itu bukan tanda bahwa kita tidak mampu, melainkan sinyal untuk terus berubah mengikuti jaman. Bangkit dari nol atau melakukan career switching bisa jadi salah satu solusi. Faktanya, perubahan karir merupakan bagian dari langkah strategis yang makin banyak diambil oleh para profesional. Berikut adalah lima strategi untuk bangkit dan membangun karir impian terutama bagi yang ingin career switching.
Jadikan Kegagalan sebagai Pembelajaran
Langkah pertama adalah yang paling sulit, mengakui dan menerima. Cobalah untuk menerima perasaan kecewa, sedih, atau marah. Jangan disangkal, dihindari atau bahkan dipendam. Sebuah riset dari Jobstreet menunjukkan, mengelola emosi dan introspeksi adalah salah satu kunci utama untuk bangkit. Setelah itu, alihkan energi negatif menjadi energi positif.
Pelan-pelan, tanyakan kepada diri sendiri, "Apa yang bisa dipelajari dari situasi ini?" Mungkin kegagalan itu terjadi karena kita kurang skill tertentu, tidak memiliki networking yang kuat, atau bahkan karena kita tidak benar-benar cocok dengan budaya perusahaan. Tulis semua ini di jurnal atau catatan pribadi, yang nantinya bisa jadi bentuk introspeksi diri.
Lakukan Reskilling dan Upskilling: Senjata Pamungkas di Era AI
Dunia kerja saat ini sangat kompetitif. Gelar sarjana saja tidak cukup. Maka dari itu, apabila kita ingin career switching, perlu  banyak menginvestasikan waktu dan uang untuk diri sendiri. Reskilling (mempelajari keterampilan baru untuk peran yang berbeda) dan upskilling (meningkatkan keterampilan yang sudah ada) sudah menjadi sebuah keharusan.
Cari tahu tren pekerjaan yang paling dicari. Data Glints pada tahun 2024-2025 menunjukkan ada lonjakan permintaan untuk profesi di bidang digital marketing, data science, dan IT, bahkan di posisi sales dan finance yang kini juga menuntut literasi digital. Pilih bidang yang selaras dengan minat dan potensi. Setelah itu, manfaatkan online course dan bootcamp. Banyak platform seperti Coursera, Udemy, atau bahkan bootcamp lokal yang menawarkan kurikulum intensif dan bersertifikat. Sertifikasi ini seringkali lebih dihargai oleh rekruter dibandingkan gelar akademis, karena menunjukkan komitmen kita untuk terus belajar.
Bangun Ulang CV dan Portofolio
CV dan portofolio dalam perjalanan karir, jangan hapus pengalaman kerja sebelumnya. Sebaliknya, bingkai ulang (reframe) pengalaman tersebut agar relevan dengan posisi baru. Contohnya, jika sebelumnya bekerja sebagai staf administrasi dan ingin beralih ke digital marketing, sorotlah pengalaman kita dalam mengelola data, berkoordinasi dengan tim, atau bahkan skill komunikasi yang bisa diterapkan dalam manajemen media sosial.
Khusus untuk career switcher, portofolio sudah menjadi kewajiban. Jika belum ada pengalaman kerja formal di bidang baru, buatlah proyek pribadi. Tulis artikel, buat desain UI/UX untuk aplikasi fiktif, atau analisis data publik dan unggah hasilnya di LinkedIn. Portofolio adalah cara paling efektif untuk meyakinkan rekruter bahwa kita memiliki kompetensi, bahkan tanpa pengalaman profesional.