Mohon tunggu...
Agus Hermawan
Agus Hermawan Mohon Tunggu... -

Cuma wartawan biasa-biasa saja. Menulis hal-hal biasa dari dunia politik, perkotaan dan ketidakadilan yang menimpa masyarakat kebanyakan. Percaya bahwa hidup tidak selalu harus dijalani dengan serius, tetapi dengan kebahagiaan dan tawa serta kejujuran. Menikmati waktu luangnya dengan seorang istri, putra, putri, serta sepeda kesayangannya.. Senang jika Anda juga bersedia menjadi teman...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ironi Pemimpin Gemuk

18 November 2010   23:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maaf, kali ini saya bicara fisik. Saya terganggu dengan penampilan sejumlah petinggi negeri kita yang gemuk, gembil, berperut buncit. Memang, pernah dulu orang gemuk dan perut buncit itu dianggap sebagai lambang sukses dan kemakmuran.

Kini, rasanya semua orang tahu gemuk dan berlemak sebagai indikasi tubuh enggak sehat. Konon, lingkar perut berhubungan dengan kesehatan jantung. Deketin deh, pasti nafasnya berat dan pendek-pendek.

Cuma jika itu terjadi pada para pemimpin kesannya menjadi lain. Dia bisa menjadi lambag ironi.
Pemimpin yang berperawakan gendut, gemuk, gembil itu ironis dengan kondisi negeri kita, yang sedang susah. Malu kan selagi rakyatnya kurus-kurus karena kurang gizi, atau kurang makan eh, dia malah kegemukan terkesan tukang makan apa saja.
Kesan lamban--napas aja susah--- juga akan muncul sehingga jadinya seolah-olah negeri ini susah bergerak, tidak jelas arah, bingung di tengah persimpangan.
Sial !! Saya selalu teringat Presiden Obama.

Dia itu maksudnya apa coba? Lincah, memasuki pesawat sambil berlari menaiki tangga pesawat.
Kesannya, dia itu seorang presiden yang gesit, lincah dan siap membawa negerinya bergerak di depan. Huh!! Coba dia berbadan gemuk, berbobot apa bisa lari-lari naik tangga pesawat ?!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun