Dalam dunia yang serba cepat dan individualistik, kebiasaan kecil seperti ini bisa menjadi penyeimbang. Ia mengingatkan bahwa masyarakat kuat bukan karena kaya, tetapi karena peduli.
Mungkin kini saatnya Beas Perelek hadir kembali dalam bentuk baru: rekening komunitas, donasi digital, atau program sosial warga. Selama semangatnya tetap sama: saling bantu, saling percaya, maka warisan kearifan lokal ini tak akan hilang ditelan zaman.
Penutup: Menyisakan Sedikit, Mewariskan Banyak
Dulu, ibu saya tak pernah tahu apa itu donasi digital atau rekening sosial. Tapi setiap kali menanak nasi, ia selalu mengambil satu sendok untuk dimasukkan ke bambu di depan rumah. Katanya, "ulah poho ka sasama" = jangan lupa pada sesama.
Kini saya baru mengerti, pesan sederhana itu jauh lebih dalam dari sekadar sedekah. Ia adalah pelajaran tentang keikhlasan, konsistensi, dan gotong royong. Bahwa dari satu sendok beras, lahir kesadaran untuk berbagi; dan dari kesadaran itu, lahir peradaban yang peduli.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI