Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melawan Stigma: Kisah Psikiater Saklek dan Pasien yang Ragu Minum Obat

22 September 2025   19:41 Diperbarui: 22 September 2025   20:37 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya ingin hidup saya kembali produktif. Saya butuh bantuan."

Dokter hanya mengangguk dan berkata,

"Tidak masalah. Pakailah obat ini saat benar-benar perlu. Ingat, obat bukan musuhmu."

Sejak itu, saya tidak lagi minum obat setiap hari. Kadang dua hari sekali, kadang seminggu sekali. Saya telah berdamai dengan kenyataan: obat bukan penjara, melainkan jembatan yang membantu saya menyeberangi sungai kecemasan.

Dialog-Dialog yang Membekas

Dokter saya terkenal blak-blakan. Kadang kata-katanya membuat saya terdiam, kadang membuat saya tertawa getir.

Suatu kali, ketika saya mengeluh soal biaya konsultasi, ia berkata:

"Kita hidup itu masing-masing punya peran. Kamu bekerja, dapat duit. Saya juga bekerja jadi dokter, dapat duit dari kamu. Kita saling membutuhkan."

Di lain waktu, ia memberi perspektif yang tak pernah saya lupakan:

"Kamu baru beberapa tahun minum obat saya. Ada pasien saya yang sudah 30 tahun minum obat. Dia datang ke sini pakai mobil mewah. Hidupnya baik-baik saja, malah sukses."

Pesannya jelas: minum obat bukan akhir dari dunia. Sama seperti orang rabun yang butuh kacamata, saya butuh obat untuk menata ulang keseimbangan pikiran saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun