Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Hade ku Omong, Goreng ku Omong": Saat Pejabat Salah Bicara dan Public Speaking Jadi Sorotan

7 September 2025   14:13 Diperbarui: 7 September 2025   14:36 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi public speaking(Freepik.com/Macrovector) viaKompas.com

Belakangan ini, publik sering dikejutkan oleh pernyataan seorang pejabat yang memicu kegaduhan. Hanya dalam hitungan jam, ucapan itu bisa menyebar luas lewat media dan media sosial, menjadi bahan perbincangan di warung kopi, grup WhatsApp keluarga, hingga trending topic di jagat maya.

Satu kalimat yang mungkin awalnya dimaksudkan sebagai candaan atau perumpamaan, berubah menjadi bahan kritik dan kekecewaan. Tidak jarang, sang pejabat akhirnya terpaksa meminta maaf secara terbuka, bahkan ada yang harus mundur dari jabatan. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa di era digital, kata-kata bukan sekadar suara yang menguap di udara, melainkan jejak yang terekam dan terus diputar ulang oleh publik.

Kearifan Lokal yang Tak Pernah Usang

Orang Sunda sejak lama memiliki pepatah bijak yang berbunyi:

"Jelema mah hade ku omong, goreng ku omong."

Artinya, manusia bisa dipandang baik karena ucapannya, tetapi bisa pula dianggap buruk karenanya. Dalam budaya Sunda, pepatah ini menjadi alarm agar kita senantiasa berhati-hati dalam berkata-kata, sebab ucapan yang keluar tidak bisa ditarik kembali. 

Sekali terucap, kata itu akan hidup dan berkembang, bahkan bisa menimbulkan akibat yang tak terduga.

Jika kita tarik ke konteks kekinian, pepatah ini terasa begitu relevan. Bayangkan, jika di masa lalu omongan hanya terdengar oleh segelintir orang di sekitar kita, kini satu kalimat bisa menjangkau jutaan orang hanya lewat satu siaran langsung, konferensi pers, atau bahkan sebuah unggahan singkat di media sosial.

Tidak heran, publik kini lebih kritis terhadap ucapan para pejabat. Di satu sisi, mereka berharap pemimpin tampil tegas dan lugas, namun di sisi lain, masyarakat juga menuntut kesantunan dan kecermatan dalam memilih kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun