Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

"Deblo" atau "Gitrek", Camilan Khas dari Cisalak

1 September 2025   07:00 Diperbarui: 1 September 2025   18:48 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebungkus Deblo singkong khas Cisalak dalam plastik bening. (Sumber: UMKM Cisalak, Subang)

Ada suka, ada duka, tapi dari sanalah lahir Deblo yang kemudian tersebar ke berbagai pasar dan toko oleh-oleh.

Kedai kue khas Cisalak milik Pak Tajudin, tempat saya dulu berkumpul sore hari sehabis mandi, 15/6/2024.(Sumber: Dokumen Pribadi)
Kedai kue khas Cisalak milik Pak Tajudin, tempat saya dulu berkumpul sore hari sehabis mandi, 15/6/2024.(Sumber: Dokumen Pribadi)

Dari Jemuran ke Toples

Keluar dari Cihideung, Deblo biasanya sudah dalam bentuk kemasan plastik bening, ditutup rapat agar tahan lama. Di toko-toko kue sepanjang Pasar Cisalak, jajaran kemasan ini mudah ditemukan, seolah jadi bagian tak terpisahkan dari denyut pasar.

Kalau sudah sampai rumah, Deblo tak pernah langsung habis. Ia biasanya dipindahkan ke toples kaca, menunggu momen tamu datang atau sekadar teman ngobrol sore. Begitu toples dibuka, aroma singkong goreng dengan bumbu bawang daun dan seledri menyeruak, undangan kecil untuk mencicipi.

Saya masih ingat betul, ketika masih SD dulu, harga Deblo hanya 5 rupiah untuk 5 keping Deblo. Dengan receh di saku, saya bisa merasakan gurihnya, meski hanya sebentar karena tak pernah cukup makan satu. Kini tentu harganya jauh berbeda, tetapi rasa khas itu tetap sama: renyah, gurih, dengan sedikit aroma kencur yang menghangatkan.

Lebih dari Sekadar Camilan

Bagi perantau asal Cisalak seperti saya, Deblo adalah penghubung dengan masa lalu, dengan kampung halaman, dengan keluarga yang dulu duduk melingkar sambil mengunyah bersama.

Kini, Deblo memang sudah bisa ditemukan di toko online atau pasar oleh-oleh, tapi ada yang berbeda ketika membelinya langsung di kampung asal. 

Ada cerita yang ikut terbawa: tentang ibu-ibu yang masih menjemur Deblo di halaman rumah, tentang anak-anak yang berlari di sekitar jemuran, atau tentang para pedagang yang mengemasnya satu per satu dengan telaten.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun