Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Commuting Bersama Keluarga: Dari Jalanan ke Ruang Dialog Kreatif

24 Agustus 2025   07:35 Diperbarui: 27 Agustus 2025   09:58 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana gang rumah saat kami memulai commuting pagi. Lampu jalan masih menyala, tanda rutinitas segera dimulai. 6/8/2025.(Sumber: Dokumen Pribadi)

Banyak orang mengeluhkan commuting perjalanan rutin bolak-balik rumah, kantor, atau sekolah sebagai sumber stres. Macet, capek, waktu habis di jalan. Namun, bagi saya dan keluarga kecil di Bekasi, commuting justru berubah jadi ruang dialog, ruang belajar, sekaligus ruang kreatif.

Perjalanan Singkat, Makna Panjang

Setiap pagi, saya, istri, dan anak berangkat bersama. Kebetulan saya dan istri bekerja di tempat yang sama, sementara sekolah anak berada persis di samping kantor. Jarak dari rumah ke tujuan kurang lebih 5 km. Dalam kondisi normal, perjalanan bisa ditempuh 15 menit saja. Tapi, itu berlaku kalau berangkat sebelum pukul 05.45. Begitu lewat sedikit, macet Bekasi sudah menanti dengan segala konsekuensinya.

Di situlah tantangan kecil kami muncul. Anak saya yang masih SMP, suka gelisah kalau merasa akan kesiangan:

"Yah, kalau kesiangan gimana? Aku bisa kena hukuman, ayah juga nanti gimana di kantor?"

Saya hanya bisa tersenyum. Begitulah realitas hidup kota besar. Kami belajar mengelola waktu dan kompromi. Kalau sudah benar-benar mepet, anak biasanya naik Grab supaya tidak terlambat, sementara saya dan istri pasrah menghadapi macet meski berarti sedikit telat masuk kantor. Bagi kami, pendidikan anak tetap nomor satu.

Obrolan yang Tak Pernah Habis

Di balik potensi stres itu, ternyata ada hal yang paling saya syukuri: perjalanan ini selalu jadi waktu emas untuk berkomunikasi. Saya yang menyetir, istri dan anak di belakang. Sehingga topik obrolan bisa mengalir tanpa henti. Mulai dari masalah sekolah, pekerjaan istri, kabar keluarga, berita aktual, sampai hal-hal remeh seperti menu makan siang.

Dari dashboard mobil, perjalanan pagi kami terekam: bukan sekadar bolak-balik, tapi ruang keluarga dan ide yang mengalir.(Sumber: Dokumen Pribadi) 
Dari dashboard mobil, perjalanan pagi kami terekam: bukan sekadar bolak-balik, tapi ruang keluarga dan ide yang mengalir.(Sumber: Dokumen Pribadi) 

Uniknya, dari obrolan singkat di jalan itulah sering muncul ide tulisan. Kadang satu kalimat dari anak atau komentar istri bisa memantik gagasan yang kemudian saya kembangkan di Kompasiana. Dengan begitu, commuting kami bukan sekadar memindahkan badan dari satu titik ke titik lain, tapi juga memindahkan gagasan menjadi karya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun