AIÂ adalah Cermin, Bukan Proyektor
Sering kali kita berharap AIÂ memberi jawaban paling bijak. Tapi lupa: AIÂ bekerja seperti cermin, bukan proyektor. Ia memantulkan isi pikiran kita. Jika kita menulis dengan kabur, maka keluar pun kabur. Jika kita bertanya tanpa logika, maka jawabannya pun tak utuh. Tapi jika kita mengisinya dengan nalar dan etika berpikir yang sehat, maka kita bisa memanen emas dari mesin itu.
Selanjutnya hal yang penting adalah: AI justru lebih siap dibantah daripada banyak manusia di internet. Ia tidak tersinggung, tidak menyimpan dendam, dan selalu siap diajak berpikir ulang.
Penutup: Kitalah Subyeknya, Bukan Objek
Maka saya ingin menutup tulisan ini dengan satu simpulan:
"Teknologi, termasuk AI, tidak akan menggantikan manusia. Tapi akan menggantikan manusia yang tidak mau berpikir dan belajar."
GIGOÂ adalah pengingat abadi bahwa kecanggihan sistem tak akan berarti apa-apa jika penggunaannya tidak dipandu oleh kepekaan berpikir, keberanian bertanya, dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa manusia tetap pemegang kendali.
Kita bisa menyalahkan AI. Tapi kadang yang lebih perlu ditinjau adalah: apakah kita sudah layak memegang alat sekuat ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI