Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Benalu Teh: dari Tradisi Lokal, Khasiat yang Diyakini, hingga Fakta Ilmiah

4 Desember 2024   17:49 Diperbarui: 4 Desember 2024   17:58 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun teh Ciater, Subang.(SHUTTERSTOCK/Abdul Razak Latif)

Baiklah, untuk menjawab tantangan menulis kali ini tentang Teh Lokal Indonesia. Izinkan saya untuk menuturkan sebuah pengalaman dengan seorang teman yang kini tinggal di desa Palasari-Jalancagak-Subang.

Jejak Benalu Teh: Khasiat di Balik Paras yang Tersembunyi

Pagi itu, embun masih menggantung di pucuk-pucuk daun teh di perkebunan Ci Ater-Jalancagak-Subang. Pada kesempatan itu saya menginap di rumah seorang teman di desa Palasari-Ci Ater-Subang, bangun pagi saya menyusuri jalur sempit di antara barisan pohon teh yang berjajar rapi. 

Matahari mulai mengintip dari balik bukit, menghangatkan udara yang dingin. Saya teringat cerita masyarakat sekitar tentang benalu teh yang dipercaya mempunyai banyak khasiat, bahkan ada yang rela membelinya dengan harga tinggi.

"Kalau kamu nemu benalu teh, itu rezeki besar," kata Ace, Ace adalah teman saya di kampung Cisalak-Subang yang kini pindah rumah ke desa Palasari-Ci Ater Subang. Di daerah ini saya dengan mudah menemukan kebun teh karena berdekatan dengan kawasan PTP XIII. "Bukan cuma karena susah dicari, tapi manfaatnya buat kesehatan luar biasa," lanjut Ace.

Saya terdiam membayangkan bagaimana sebuah tanaman parasit seperti benalu yang menumpang hidup pada pohon teh, bisa dihargai begitu tinggi. Tapi, mencari benalu teh di sini seperti mencari jarum di tumpukan jerami, dibutuhkan mata yang jeli dan pengalaman bertahun-tahun serta keberuntungan.

Legenda Khasiat Benalu Teh

Di daerah kami sekitar PTP XIII daerah Ci Ater-Jalancagak-Subang dan sekitarnya, benalu teh bukan sekadar tanaman liar. Daun-daunnya yang kecil dan rapuh diolah menjadi minuman herbal yang dipercaya memiliki berbagai khasiat, Ace bercerita tentang seorang kerabatnya yang mengidap diabetes.

"Waktu itu, dokter bilang gula darahnya tinggi banget. Terus dia minum air rebusan benalu teh setiap hari. Enggak sampai sebulan, gulanya turun. Padahal dia enggak minum obat lagi," kisahnya dengan mata berbinar.

Cerita seperti ini bukan hal baru di kalangan masyarakat. Selain untuk diabetes, benalu teh juga dipercaya bisa membantu menurunkan tekanan darah, mengatasi insomnia, memperkuat daya tahan tubuh, bahkan sebagian percaya bisa membunuh sel kangker.

Saya pun mulai penasaran, apakah ada dasar ilmiah di balik klaim-klaim ini?

Ketika Sains Bertemu Tradisi

Benalu teh yang secara ilmiah dikenal sebagai Viscum articulatum, adalah bagian dari keluarga benalu yang tumbuh di berbagai jenis pohon termasuk teh. Penelitian tentang khasiat benalu sebenarnya sudah dilakukan di beberapa negara, terutama untuk jenis Viscum album yang digunakan dalam terapi kanker di Eropa.

Namun, bagaimana dengan benalu teh? Beberapa studi awal menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung zat bioaktif seperti:

  • Flavonoid: Senyawa antioksidan yang membantu melawan radikal bebas.
  • Alkaloid: Bahan aktif yang berpotensi menurunkan kadar gula darah.
  • Tanin: Senyawa yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk melindungi sel tubuh.

Sayangnya penelitian mendalam tentang benalu teh, terutama uji klinis pada manusia masih sangat terbatas. Klaim-klaim yang berkembang saat ini lebih banyak didasarkan pada pengalaman empiris masyarakat dibandingkan bukti ilmiah.

Proses yang Tak Mudah

Menemukan benalu teh dianggap sebuah keberuntungan. Ketika saya menanyakan kepada Ace bagaimana mereka menemukannya, dia hanya tersenyum.

"Biasanya, kita lihat dari pohon teh yang daunnya mulai lebat di salah satu cabang tertentu. Kalau diperiksa lebih dekat, kadang-kadang ada benalu tumbuh di situ. Tapi sekarang jarang banget, karena pohon teh sering dipangkas," jelasnya.

Setelah ditemukan daun benalu dikeringkan, dihaluskan, lalu diseduh seperti teh biasa. Rasanya pahit, jauh dari teh manis yang biasa saya nikmati di pagi hari. Namun, ada kepuasan tersendiri saat meminum hasil alam yang jarang ditemukan.

Menyelaraskan Tradisi dan Pengetahuan Modern

Cerita tentang benalu teh adalah contoh bagaimana tradisi lokal sering kali menyimpan potensi yang belum sepenuhnya terungkap oleh sains. Di satu sisi kita perlu menghormati kepercayaan yang tumbuh di masyarakat, namun di sisi lain penting untuk memahami bahwa tidak semua klaim memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Sebagai masyarakat modern, kita bisa mengambil langkah tengah. Tradisi minum benalu teh tetap bisa dilestarikan sebagai bagian dari budaya dan warisan leluhur tapi, untuk menjadikannya pengobatan alternatif perlu ada penelitian lebih lanjut.

Pesan dari Kebun Teh Ci Ater-Jalancagak-Subang

Ketika saya meninggalkan kebun teh hari itu, angin lembut menyapu dedaunan di sekitar saya. Ace teman baik saya melambaikan tangan, masih sibuk dengan pekerjaan menanam dan merawat pohon strowberinya di sekitar rumahnya. 

Di perjalanan pulang, saya membawa secangkir benalu teh yang dia hadiahkan serta sebuah pelajaran berharga.

Benalu teh bukan sekadar tanaman liar yang menempel pada pohon teh. Ia adalah simbol hubungan erat antara manusia, alam, dan tradisi. 

Tetapi di dunia yang semakin canggih ini, tradisi saja tidak cukup. Kita membutuhkan kolaborasi antara pengetahuan lokal dan sains untuk menggali potensi yang lebih besar, tanpa mengabaikan keselamatan dan kesehatan.

Jadi, apakah benalu teh benar-benar obat ajaib? Mungkin belum ada jawabannya. Namun, bagi masyarakat kami tanaman ini adalah bukti bahwa alam selalu punya cara untuk memberi, jika kita cukup sabar untuk mendengarkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun