Mohon tunggu...
Agus Ghulam Ahmad
Agus Ghulam Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Sarjana Studi Islam. Pengamat isu dan kajian keislaman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paham Sesat Masyarakat

25 Oktober 2021   12:05 Diperbarui: 25 Oktober 2021   12:11 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang masih menjadi penyakit akut pada masyarakat kita adalah, malas merepotkan diri untuk mencari tahu kebenaran, yang menghasilkan budaya terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Bahayakah? Tentu. Kesimpulan dihasilkan dari berbagai macam informasi yang kita terima, informasi mesti berupa fakta, bukan opini.

Kebenaran tidak berdiri di atas prasangka pribadi, itu haruslah dibuktikan dengan dalil-dalil pasti. Kita--atau sebagian besar masyarakat--masih merasa bahwa mencari bukti-bukti sebagai dalil akan kebenaran merupakan hal yang merepotkan. Kaum seperti ini akhirnya sekonyong-konyong mengambil jalan pintas, dan terbakar halusinasinya sendiri.

Mereka mendengar opini yang bertebaran di jalan tanpa merasa perlu melihat sumbernya, atau, mengabaikan perkara lain di belakangnya. Yang seperti ini mudah saja kita temukan, di internet misalnya. Potongan gambar dengan sedikit kata-kata dapat dipercaya sebagai sebuah kebenaran bagi segolongan kaum. Lalu mereka menyebarnya, berulang-ulang. Karena menyebarkan berita lebih simpel daripada meneliti berita tersebut.

Terburu-buru menyimpulkan sesuatu hanya akan menutupi, bahkan menghapus fakta-fakta yang ada. Akhirnya, saya beri contoh, ketika ada seseorang dikejar-kejar massa dan diteriaki maling, yang lain tanpa pikir panjang akan ikut mengejarnya, dan sama-sama meneriakinya maling.

Pertanyaan macam "Apakah dia benar-benar maling? Apa yang dicuri? Di mana? Kapan? Siapa yang melihat? Kenapa dia mencuri?" terlalu merepotkan untuk dilakoni. Lebih mudah langsung mengamini opini masyarakat, dan segera menghakimi.

Maka ketika orang tadi dipukuli, mereka akan ikut memukulinya karena meyakini ia maling. Parahnya, ketika si "maling" disiram bensin dan disulut api, mereka hanya akan menontonnya, kalau perlu, meniupnya agar semakin membara.

Pertanyaannya, manusia jenis apa yang melihat seseorang dibakar dan hanya berharap ia segera mampus?

Maling tadi adalah korban dari budaya terburu-buru membuat kesimpulan. Dalam bahasa yang agak halus, perilaku macam ini disebut dengan goblok dan tolol. Kebenaran sangat sederhana di mata penganut paham sesat ini, jika itu diyakini mayoritas masyarakat, maka itu benar. Bah! Goblok, kan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun