Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

DPR yang Makan Cempedak, Rakyat dan Polisi yang Berbenturan di Lapangan

1 September 2025   20:38 Diperbarui: 1 September 2025   20:38 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Update Proses Hukum 7 Brimob Yang Lindas Driver Ojol Affan Kurniawan, Polri Temukan Pelanggaran Berat 

Makan cempedak, selalu memiliki makna kiasan yang menggambarkan bagaimana jika seseorang melakukan kesalahan, maka semua akan kena getahnya. Lantas mengapa selalu diidentikkan dengan makan cempedak? Apa sih cempedak itu?

Cempedak, buah buah yang tumbuh subur di kawasan Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Buah ini kerap kita jumpai di daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Buah cempedak merupakan anggota famili Moraceae, memiliki bentuk, rasa, dan aroma mirip nangka, juga seperti durian.

Nah, saat makan nangka inilah, getahnya bisa lengket ditangan dan menyebar kepada orang disekitar kita. Berangkat dari kenyataan ketika makan cempedak inilah maka muncul istilah "Satu atau sekelompok orang makan cempedak, namun getahnya bisa menyebar kemana-mana".

Sangat cocok peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan keadaan Republik kita hari ini usai apa yang telah diperbuat oleh lembaga negara bernama DPR. Ya, mereka memancing bara api yang bakal meledak pada waktunya. Kepongahan dan kurangnya etika kesopanan serta bangga dengan kekuasaan yang mereka dapatkan hasil kepercayaan rakyat, namun menari-nari diatas penderitaan rakyat, ibarat bom waktu yang meledak sampai saat ini.

Sampai tulisan ini ditayangkan, gelombang demonstrasi besar-besaran terjadi diberbagai tempat di tanah air kita. Gedung-gedung DPR menjadi sasaran amukan massa, bahkan rumah anggota DPR yang tidak bersimpati dan disinyalir menjadi pemicu amarah rakyat sudah didatangi massa dan dijarah habis-habisan.

Cempedak DPR Memakan Korban Jiwa

Mengapa harus terjadi demonstrasi besar-besaran hingga adanya tuntutan bubarkan DPR? Awalnya bermula dari polemik kenaikan tunjangan anggota dewan yang begitu drastis. Penyampaian anggota dewan yang tidak transparan dan terkesan didutup-tutupi menjadi pemicu kemarahan rakyat.

Contoh kesalahan paling fatal adalah apa yang disampaikan oleh Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir. Pernyataan kontroversinya, diantaranya kenaikan tunjangan beras dari 10 juta rupiah menjadi 12 juta rupiah, tunjangan bensin meningkat dari 3 juta rupiah menjadi 7 juta rupiah.

Yang paling membuat saya juga marah dan menjadi tidak simpati adalah pernyataan Adies bahwa anggota DPR mendapatkan tunjangan perumahan 50 juta rupiah per bulan sebagai pengganti fasilitas rumah yang tak lagi didapatkan. Pernyataan inilah yang membuat rakyat 'jijik' dan memendam amarah.

Apalagi pernyataan Adies Kadir ini tak ditampik oleh Nafa Urbach terkait tunjangan perumahan 50 juta rupiah per bulan dengan dalih bahwa tidak semua anggota dewan itu orang Jakarta, plus menyoroti kemacetan di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun