Tortor Sebagai Warisan Budaya Pembentuk Karakter
Selain nilai spiritual dan moral, Tortor juga berfungsi sebagai media komunikasi sosial dan ritual adat. Tarian ini digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan, kematian, panen, dan pesta muda-mudi, yang sekaligus menjadi sarana penyemangat jiwa dan hiburan.
Seperti di SMA Negeri 13 Medan, tempat penulis menempuh pendidikan, tarian Tortor menjadi salah satu ekskul wajib yang paling diminati, dan selalu ditampilkan disetiap ada kegiatan, seperti pada saat Panen Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), saat Pensi alias Pentas Seni, ketika tamu kehormatan datang berkunjung ke SMAN 13 Medan, bahkan disetiap Sabtu Literasi, tarian Tortor selalu ditampilkan.
Ini tujuannya sebagai bagian dari pelestarian dan penghormatan terhadap budaya Batak, juga sebagai upaya menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap identitas budaya lokal sebagai bagian dari identitas bangsa. Dengan belajar tari Tortor, diharapkan generasi muda dapat belajar nilai-nilai spiritual, moral, dan sosial melalui gerakan gerakan yang bermakna.
Tarian ini dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional, kerjasama, kedisiplinan, dan penghormatan terhadap leluhur, juga dengan belajar tari Tortor, kita juga dapat belajar mengenali dan mengatur emosi, memperluas persepsi sosial, dan meningkatkan keterampilan interpersonal.
Gerakan tari Tortor yang ritmis dan ekspresif dapat membantu generasi muda yang belajar mengkomunikasikan perasaan dan belajar berinteraksi dengan orang lain, Â terkhusus mengenal nilai-nilai budaya melalui tarian dapat membantu setiap orang memahami akar budaya dan menghargai warisan leluhur.
Tarian Tortor juga dapat meningkatkan keterampilan dan disiplin, karena dapat melatih kemampuan fisik, koordinasi gerakan, dan kedisiplinan dalam mengikuti irama dan gerakan. Gerakan-gerakan terstruktur dan membutuhkan kerjasama dapat juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan semangat tim, dapat membantu siswa menghubungkan teori dengan budaya lokal dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah, nilai, dan tradisi masyarakat Batak.
Tari Tortor memiliki makna simbol dalam setiap gerakannya yang bervariasi dan penuh makna, seperti saling menghargai dan menghormati antar saudara semarga dalam bentuk hubungan yang baik, sehingga unsur kerabat dalam Batak seperti Hulahula (keluarga laki-laki dari pihak isteri atau ibu), Dongan Sabutuha (semarga), dan Boru (Pihak Perempuan) atau istilahnya Dalihan Na Tolu dapat tergambar dengan baik.
Nilai-Nilai Karakter yang Terwujud dalam Gerakan dan Makna Tari Tor-tor, adalah: Nilai Kebersamaan Solidaritas, Penghormatan dan Rasa Syukur, Akhlak Terpuji, Cinta Kasih, dan Semangat Kebahagiaan. Tari Tortor memiliki implikasi penting dalam pembentukan karakter, terutama dalam masyarakat Batak. Tarian ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan-pesan budaya, nilai-nilai pendidikan, dan mempererat hubungan sosial.
Nilai-nilai Pendidikan yang terkandung dalam Tari Tortor seperti ketaatan kepada Tuhan, kerendahan hati, kepedulian, dan saling menghormati, juga mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan roh leluhur. Tari Tortor juga membentuk sikap sosial karena melalui partisipasi dalam tarian, masyarakat Batak merasakan kebersamaan dan gotong royong. Tari Tortor menjadi media interaksi sosial, memperkuat ikatan antar anggota masyarakat.
Kesimpulan