Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengapa Film Indonesia Masih Didominasi Percintaan dan Horor? Saatnya Film Indonesia Lirik Kisah Perjuangan, Tumbuhkan Nasionalisme

30 Agustus 2021   16:20 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:28 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah panjang dunia perfilman Indonesia tidak bisa terlepas dari jasa-jasa sosok Usmar Ismail. Ya, darah Indonesia yang kental dan melekat pada dirinya membuat dia bertekad untuk berjuang demi pembebasan Indonesia dari belenggu penjajah lewat karya seni film yang menampilkan wajah, budaya dan perjuangan Indonesia asli di mata dunia. 

Usmar Ismail yang memang memiliki jiwa seni dan sastra sejak kecil ini, terutama dalam dunia peran serta bakat sebagai sutradara film membawa Usmar Ismail terjun ke dunia film dan menghasilkan karya-karya yang tidak akan lekang oleh waktu dan dapat kita nikmati hingga sekarang.

Sejarah panjang dunia film kita dimulai sejak Indonesia masih dijajah oleh Belanda tahun 1900-an. Film pertama kala itu diproduksi oleh Java Film Coy yang didirikan oleh duo Belanda, L. Heuveldrop dan G. Kruger di Bandung yang berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang merupakan adaptasi dari cerita rakyat Sunda yang sangat melegenda. 

Film inilah yang dipercaya sebagai tonggak sejarah lahirnya dunia perfilman di Indonesia. Setelah itu, tahun 1927 muncul film berjudul Eulis Atjih, yang menceritakan tentang istri yang ditinggalkan oleh suaminya yang suka foya-foya.

Tahun-tahun berikutnya, bermunculan studio-studio film yang didominasi oleh orang-orang Belanda dan Cina. Halimun Film, misalnya adalah studio film ciptaan dari orang Cina bersaudara. 

Mereka memproduksi film berjudul Lily Van Java (1928), walau tidak sukses film-film lain bermunculan, sebut saja Resia Borobudur, dan Berloemoer Darah (1928) telah membuktikan bahwa film sudah menjadi tontonan yang menarik, walau zaman itu film tidak bersuara, alias bisu karena peralatan audio-visual belum secanggih sekarang.  

Nyai Dasima (1931) adalah film berbicara pertama yang sukses diproduksi ulang oleh Tan's Film, berlanjut tahun 1937 setelah mengalami pasang surut, Balink mendirikan studio film modern di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film Syndicaat) yang sukses memproduksi film Terang Boelan/Het Eilan der Droomen (1937), film dengan alur cerita yang sederhana diadopsi dari film Holywood ini cukup sukses secara komersial, terbukti karena distribusi filmnya sampai ke Singapura.

Itulah awal film populer Indonesia zaman itu, ada Alang-alang (1939) dan Rentjong Atjeh (1940) semakin menambah daftar film Indonesia yang berkualitas. Di tahun itu juga kaum pribumi diberi kesempatan untuk menjadi sutradara, ataupun pelatih akting dan dialog. Ketika Jepang berkuasa, dunia film kita mati suri. 

Jepang lebih banyak memproduksi film-film dokumentar yang berisi tentang perjuangan Jepang sebagai media propaganda. Satu-satunya film yang diproduksi adalah Berdjoang (1943) yang disutradarai oleh orang pribumi bernama Rd. Arifin, namun tetap didampingi oleh sutradara Jepang bernama Bunjin Kurata.

Djauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) adalah film produksi Multi Film hasil arahan Andjar Asmara. Tahun 1949, para produser Cina lama datang lagi dan memproduksi film berjudul Air Mata Mengalir Di Tjitarum (1949), disinilah mulai muncul Usmar Ismail yang bakal melegenda dengan film-film hasil karya beliau yang mampu menampilkan wajah Indonesia asli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun