Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurikulum Mitigasi Bencana, Solusi Mendidik Generasi Muda Sadar dan Siap Siaga Menghadapi Bencana

24 September 2019   20:46 Diperbarui: 24 September 2019   20:50 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemadaman Api akibat Kesengajaan membakar hutan di Jambi dan Riau Mengakibatkan Kerugian Besar di Negara Kita. Saatnya Pendidikan Mitigasi Bencana di Galakkan. sumber: www.bnpb.go.id

Ini menjadi pembelajaran bagi kita bahwa kita harus waspada dan selalu siap untuk selamat dengan menghindari tempat-tempat yang berpotensi munculnya bencana alam.

Dan sudah sepatutnya, pendidikan mitigasi bencana harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sehingga seluruh elemen bangsa memiliki Budaya Sadar Bencana dan juga apa saja yang harus dilakukan saat terjadinya gempa, sehingga memiliki kesiap-siagaan menghadapi bencana dan siap untuk selamat.

Budaya sadar bencana akan tercipta apabila pendidikan mitigasi bencana dapat terealisasi dengan baik, pun dengan terwujudnya kolaborasi antara budaya lokal atau kearifan lokal dalam membaca gejala alam plus penerapan teknologi sebagai wahana untuk meningkatkan kesiapsiagaan melalui deteksi dini datangnya bencana alam.

Lalu kearifan lokal sangat berperan sebagai penggerak laju masyarakat di sekitar lokasi bencana dalam menghadapi bencana sehingga masyarakat sekitar mampu mengenali bahayanya, sehingga mengurangi resikonya.

Badan Nasional Penangulangan Bencana mencatat, 95 persen bencana di Indonesia adalah bencana ekologis, seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan.

Oleh karena itu sangat diharapkan tidak hanya fokus pada penyelamatan korban, tetapi juga harus melakukan mitigasi dan pencegahan bencana alam, tentunya dengan mendesak agar masuknya pendidikan mitigasi bencana pada Kurikulum Pendidikan Nasional, sehingga terjalin budaya Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita lewat perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak membakar sampah, mendaur ulang sampah, hingga mampu menjaga kelestarian lingkungan hidup kita.

Agama sebagai basis moral dan etika juga harus tetap menyerukan agar umat manusia menjaga lingkungan hidupnya. Pihak LPBI NU pada tahun 2010 telah menerbitkan buku adaptasi pada perubahan iklim dari perspektif Islam.

Pun Gereja Katolik menyerukan pertobatan ekologis, dimana dalam seruan itu agar manusia tidak hanya berbuat baik dengan sesama manusia, tetapi juga dengan lingkungan. Saat bertobat, manusia membuka hati kepada Tuhan.

Pertobatan ekologis jadi pintu untuk kembali terhubung dengan Tuhan sebab dunia seisinya, lingkungan hidup dengan satwa dan tumbuhan, adalah hasil karya Tuhan (Kejadian 1:31). Sehingga dengan menjaga alam sekitar kita, maka kita harus Siap Untuk Selamat!

Kerusakan lingkungan bisa menghancurkan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Agama bisa membangkitkan kesadaran moral dan etika bagi umat manusia untuk menjaga lingkungan.

Pendidikan seharusnya dilibatkan dalam upaya menjaga eksistensi lingkungan sehingga eksistensi suatu negara juga terjaga kelangsungan hidupnya. Sebab, kelangsungan sebuah bangsa tergantung bagaimana bangsa itu mengelola sampah, mengelola lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun