Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perbudakan: Apa yang Kamu Lakukan Itu Jahat!

25 Januari 2022   22:56 Diperbarui: 27 Januari 2022   00:54 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan yang menggambarkan kedatangan Christopher Columbus di Karibia, dibuat pada 1753. Sumber: Getty Images/BBC via Kompas.com

Pada 1492 seorang petualang Italia yang disponsori Kerajaan Spanyol mendarat di pantai Bahama. Dirinya menjumpai penduduk yang tanpa senjata dan sangat ramah menyambut mereka. Sang petualang tersebut berfikir "hanya dengan 50 orang saja pastinya dapat menaklukkan semuanya dan membuat mereka melakukan apa saja yang kita mau" 

Petualang--kurang ajar--tersebut bernama Christopher Columbus. Satu spesies Homo Sapiens yang terkenal dalam sejarah dunia dan namanya ditulis dengan dedikasi: Penemu Dunia Baru! Tahun berikutnya dia datang dengan tujuh belas kapal dan 1500 serdadu. Menangkapi penduduk yang tidak bersalah, menyeret mereka ke kapal dan menjadikan mereka budak: Perdagangan budak lintas Atlantik dimulai.

     -------

Barangkali tidak pernah terpikir di benak penduduk kepulauan Karibia, manusia bisa membunuh manusia atau menangkapi manusia untuk sebuah kesenangan dan keuntungan pribadi. Tak ada dalam kebudayaan mereka--dan itu diluar nalar. 

Sama seperti tragedi burung dodo (Raphus cucullatus) di pulau Mauritius, pedalaman Samudera Hindia. Burung dodo hidup dengan keterisolasian sempurna. Dalam evolusinya dirinya tidak mempunyai musuh alami.

Akibatnya dia tidak mengembangkan sayap untuk terbang, karena memang tidak perlu. Malapetaka muncul saat pelaut Belanda datang pada 1598. 

Burung dodo, tidak pernah takut pada manusia, karena tidak pernah kontak dengan spesies ini sebelumnya. Sehingga dengan mudahnya ditangkapi untuk digoreng atau dibakar. Pada 1693 burung kerabat merpati ini dinyatakan punah. Satu kesalahan burung dodo, terlalu akrab dengan manusia--spesies paling invasif di Bumi.

Kembali ke cerita penduduk Karibia. Banyak literatur menyebut mereka--orang-orang polos itu "biadab" sedangkan pemburu budak disebut "beradab". Christopher Columbus, sang makelar budak, catatan hidupnya, sebelum menjelajah bukan seorang kriminal. Hidupnya biasa-biasa saja,vnormal. 

Saat dewasa dia dekat dengan pemimpin Spanyol. Sejatinya dia punya kedudukan terhormat. Dia punya akses ke elit penguasa. Dia gemar mempelajari matematika, astronomi, kartografi dan ilmu navigasi dan satu hal: dia terdidik! Namun tingkah polahnya sungguh keterlaluan dilihat dari kaca mata kemanusiaan saat ini dan juga era itu.

Bagi Columbus bisa jadi keramahan penduduk Karibia tak terbayang sebelumnya. Tidak masuk akal bagi otaknya yang culas. Mana ada manusia yang begitu "tidak mementingkan untung rugi". 

Sebagaimana dia dan komunitasnya waktu itu yang memuja keuntungan. Dalam catatannya dia menulis "saat kami meminta sesuatu yang jadi milik mereka, mereka tidak pernah menolak. Sebaliknya mereka menawarkan berbagi dengan semua" Orang dengan kebaikan super maximum itulah yang dibalas dengan penangkapan untuk dijadikan budak, dijual ke Eropa demi sebuah keuntungan pribadi.

Ilustrasi Columbus menginjakkan kaki di dunia baru. Foto: Science Photo Library
Ilustrasi Columbus menginjakkan kaki di dunia baru. Foto: Science Photo Library

Lima puluh tahun kemudian, sejarah pilu peradaban itu membekas kuat di Karibia. Penduduk asli hanya tersisa 1%, lainnya tewas akibat perbudakan dan penyakit yang didapat dari orang-orang yang menamakan dirinya "beradab". Tidak ada salah dari penduduk Karibia. Mungkin kesalahannya satu: terlalu baik! Dari tragedi Karibia ini, manusia belajar memahami dirinya sendiri:

Apakah manusia memang punya software jahat? Sehingga sebenarnya menjadi ancaman bagi hewan atau manusia lainnya. Apa yang mendasari manusia itu jahat? Ini adalah pertanyaan yang pastinya menarik dikaji.

Perbudakan di Batavia

Bayangkan Anda jalan-jalan di Batavia pada 1800-an. Di pasar banyak sekali yang dijual mulai ayam kampung, trenggiling sampai manusia: budak! Di sebuah lapak, orang tawar menawar tentang harga kacang tanah. Tak jauh dari situ orang dirantai dipajang seperti barang dan ada yang menawar di depan mata budak tersebut--laki dan perempuan. 

Budak-budak yang dipajang, sebagai hasil tangkapan dari seluruh kepulauan Nusantara. Bahkan ada juga dari Afrika. Begitulah gambaran pasar di Batavia zaman dulu. Hingga 1814 tercatat ada 14.239 budak di Batavia. Baru pada 1 Juli 1863 perbudakan secara resmi dilarang di koloni Belanda.

Saat memikirkan ini pun saya merasa tak masuk akal. Mungkin juga Anda pembaca budiman, yang anti perbudakan. Namun ternyata ada manusia yang menjadikan manusia lain sebagai komoditas. Kasus-kasus perbudakan sebagian besar--atau malah keseluruhan--dimotori oleh orang yang punya kekuasaan dan kekayaan.

Pada 1842, konsul jenderal Britania menulis surat kepada Sultan Maroko untuk bertanya apa yang sudah sultan lakukan untuk melarang perdagangan budak. Gantian Sultan Maroko yang kaget. Menurutnya perdagangan budak adalah perkara yang disepakati semua agama dan negara sejak zaman dulu. 

Sultan ini menganggap sebuah kelaziman memperdagangkan manusia di era itu. Seratus lima puluh tahun kemudian, perbudakan dilarang keberadaannya di seluruh dunia.

Bukti Manusia Itu Baik

Tidak terlalu menarik, jika ada yang beranggapan bahwa manusia sebenarnya lahir dalam kondisi baik. Gen baik lebih dominan ada pada manusia. Dari ras, suku atau budaya apa pun. Sekali lagi: Kebaikan lebih dominan. 

Rasanya bukan suguhan publikasi yang menggerakkan orang untuk membaca. Jika mengulas bahwa manusia itu sebenarnya baik. Karena pada dasarnya semua publikasi menunjuk dengan keyakinan penuh: manusia itu jahat!  Namun kasus di bawah ini bisa menjadi bukti bahwa sebenarnya manusia itu baik.

Di tengah samudera Pasifik ada pulau karang kecil bernama Ifalik. Sesudah Perang Dunia ke-2, Angkatan Laut Amerika menayangkan beberapa film Hollywood di Ifalik untuk menghibur penduduk di sana. 

Ternyata itu adalah tontonan yang paling menjijikkan bagi penduduk Ifalik. Tayangan yang penuh adegan kekerasan khas Hollywood. Setelah tayangan itu, penduduk banyak yang jatuh sakit berhari-hari. 

Mereka shock berat dengan tayangan yang tidak pernah terpikirkan oleh kebudayaan mereka. Bertahun-tahun kemudian, Antropolog datang untuk meneliti penduduk Ifalik. 

Dan para penduduk berkali-kali menanyai sang Antropolog: Benarkah ada orang Amerika yang membunuh orang lain? Ini pertanyaan paling murni dari sebuah suku yang sangat terpencil. Konsep mencederai orang tidak mereka kenal, apalagi sampai membunuh. 

Untuk menjelaskan kenapa manusia mulai menggemari kejahatan alangkah baiknya kita telusuri secara periodik. Pada era pemburu pengumpul saat kepemilikan tidak ditangan individu, konflik atas keserakahan lebih jarang. Bagi masyarakat pemburu pengumpul memiliki sesuatu barang adalah aneh dan tidak terpikirkan. Mereka hidup bersama-sama saling berbagi untuk semua. Milikku milikmu, milikmu milikku. Bahkan untuk hal yang saat ini dilabeli: "privasi level maximum"

Namun saat hidup mulai sedenter (menetap) maka hak milik mulai muncul. Orang mulai menandai tanahnya dengan garis batas. Hal yang tidak pernah ditemukan sebelumnya. 

Perkembangan selanjutanya, jika orang meninggal kekayaannya diberikan ke keturunannya. Mulailah kesenjangan terjadi. Ini awal dari kesenjangan primitif yang mendorong manusia sekarang untuk berlomba menyingkirkan lainnya. Mereka meninggalkan berbagi dan mengembangkan budaya rebutan. 

Kebudayaan sedenter lebih menyakitkan dibanding nomaden: dalam kasus tertentu. Di waktu inilah benteng mulai didirikan, pedang mulai diasah dan kecurigaan terhadap manusia baru mencuat. Lima belas ribu tahun yang lalu--saat zaman es berakhir--sumber kekacauan dunia ini dimulai.

Saya yakin di dunia fana ini, populasi orang baik masih banyak. Namun akan menjadi masalah jika ada satu orang jahat yang berada ditampuk kekuasaan. 

Mengendalikan angkatan perang, punya massa militan atau punya akses ke tombol nuklir. Ini ancaman yang serius bagi manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan. Kejahatan bisa beranak pinak menjadi kejahatan. Sehingga orang lupa bahwa tindakannya itu jahat sebagaimana Sultan Maroko yang memandang perbudakan sebagai kelaziman.

Mungkin benar apa yang diungkapkan orang bijak. Di dalam diri manusia ada setan dan malaikat, mana yang menjadi pemenang? yang sering dikasih makan:Pikiran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun