Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berkaca pada Keluhan Kompasianer Sejak 11 Maret

27 Maret 2021   01:21 Diperbarui: 27 Maret 2021   01:39 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pola Pikir Manusia (Sumber:beritagar.id)

Jika menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia, di sana kita dapati makna dari kata "keluh" yang menjadi kata dasar dari keluhan. Di sana kata keluh berarti ungkapan yang keluar karena perasaan susah (karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan, dan sebagainya).

Keluhan yang Terbit Sejak 11 Maret

Menarik memang jika kita membaca sekaligus mencermati sederet keluhan yang disampaikan oleh beberapa Kompasianer, sejak diterbitkannya artikel berjudul "Bersama Kita Jaga Kompasiana Menjadi Rumah yang Sehat" yang terbit pada 11 Maret 2021 lalu.

Dari sejumlah artikel yang pernah tayang, ada artikel-artikel yang memang dituliskan untuk menyampaikan keluhan-keluhan mereka secara proporsional dan bertanggung jawab. Meski saya pribadi sempat mendapati artikel yang pada prinsipnya memang mengandung hate speech dan mendiskreditkan Tim Admin Kompasiana secara sepihak.

Artikel yang saya maksud di atas memakai nama akun samaran -- yang lagi-lagi hendak mewakili identitas asli si pemilik, karena akun aslinya "diblokir" oleh Kompasiana karena dinilai melanggar "Syarat dan Ketentuan" sebagai seorang Kompasianer.

Sebagai Kompasianer yang baik, sejak awal mendaftar tentu kita sudah membaca dengan cermat "Syarat dan Ketentuan Kompasiana", termasuk perihal ketentuan konten yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam 16 poin; di mana beberapa poin dijelaskan lebih lanjut dengan tambahan pemerincian pada poin tertentu.

Sudahkah Membaca Syarat dan Ketentuan di Kompasiana?

Nah, berkaitan dengan konten yang di tempatkan ke dalam sistem Kompasiana, setiap Kompasianer yang mendaftar dianalogikan sudah membaca Syarat dan Ketentuan yang ada dengan baik; termasuk ketentuan konten yang menyertainya.

Pada poin ke-6 ketentuan konten misalnya, jelas-jelas di sana diuraikan bahwa setiap Kompasianer mengizinkan Pengelola (baca: Admin Kompasiana) untuk:

1. Menghapus sebagian atau keseluruhan Konten, pesan, foto, gambar, dan/atau komentar yang melanggar Syarat dan Ketentuan berdasarkan atau tanpa aduan Kompasianer atau pengguna internet dengan atau tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada Akun pemilik Konten.

2. Menempatkan Foto sebagai ilustrasi atau pelengkap Konten untuk keperluan penayangan Artikel Utama (headline).

3. Mengoreksi kekeliruan kode-kode HTML, termasuk mengoreksi penggunaan jenis huruf dan ukurannya, yang dapat mengganggu tampilan Konten maupun Kompasiana secara keseluruhan.

4. Menyunting Label, Jenis dan Kategori Konten.

Jawaban Keluhan itu Ada Pada Syarat dan Ketentuan Kompasiana!

Saya pribadi menduga -- tanpa bermaksud berburuk sangka, bahwa sudah menjadi rahasia umum jika sebagian dari masyarakat kita mempunyai kebiasaan "kurang mau" membaca segala sesuatu dengan baik dan cermat. Termasuk barangkali membaca "Syarat dan Ketentuan" Kompasiana yang sudah dituliskan dengan sangat jelas dan rinci tersebut.

Padahal semua aturan yang dipaparkan sudah cukup menjawab keluhan dan kegelisahan para Kompasianer yang sudah terungkap selama beberapa hari terakhir, sejak artikel yang diterbitkan Kompasiana tertanggal 11 Maret 2021 terbit.

Seperti halnya dengan keikutsertaan kita dalam sebuah permainan (baca: games) yang biasanya selalu dilekati oleh berbagai macam ketentuan di dalamnya; maka ketika kita mulai mendaftar untuk ikut bertanding dalam permainan tersebut; maka sudah pasti kita dianggap telah membaca syarat dan ketentuan yang biasanya ditampilkan di layar pembuka atau layar ucapan selamat datang.

(Maaf) Bukan Bermaksud Mengadili Siapa-Siapa

Dalam situasi ini, saya pribadi tidak bermaksud mengadili siapa-siapa. Bahkan saya merasa senang menyimak setiap keluhan yang disampaikan dengan beragam argumen dan penjelasan yang panjang lebar. Bahkan sebagian dari tulisan-tulisan tersebut mengajak Kompasianer atau para pembaca untuk bernostalgia seraya menjelajahi ruang dan waktu -- mempertemukan segala kenangan dan pencapaian yang pernah diraih di masa lalu, masa kini, dengan dibumbui harapan di masa mendatang.

Jika membaca semua keluhan yang disampaikan, saya menyaksikan betapa indahnya kehidupan demokrasi yang tumbuh dan berkembang melalui platform berjuluk Kompasiana ini. Tentu kita semua memahami dengan baik bahwa kata "demokrasi" berarti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan "hak dan kewajiban" serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara (baca: Kompasianer).

Dalam hal ini setiap Kompasianer mempunyai hak yang sama untuk menyampaikan keluhannya. Setiap Kompasianer juga berhak mendapatkan penjelasan yang diharapkan terkait permasalahan yang dialaminya sehubungan dengan keikutsertaannya dalam blog Kompasiana.

Namun jangan sampai dilupakan, bahwa sesuai dengan "Syarat dan Ketentuan Kompasiana", setiap Kompasianer pun mempunyai kewajiban yang sama untuk menjalankan semua syarat dan ketentuan itu dengan sebaik-baiknya.

Dan apabila seseorang memutuskan diri bergabung dengan blog Kompasiana, maka dengan serta merta pada dirinya akan melekat sederet syarat dann ketentuan yang harus ditaatinya selama menjadi seorang Kompasianer.

Lalu bagaimana jika ternyata ada Kompasianer yang belum membaca syarat dan ketentuan tersebut dengan baik, kemudian buru-buru mendaftar dan bergabung dengan Kompasiana, lalu di kemudian hari menyampaikan protes dan keluhan mengenai artikelnya yang "tidak bisa" tayang di Kompasiana, atau akibat akunnya diblokir; lalu kemudian membuat akun samaran?

Bagi saya pribadi, menjadi seorang Kompasianer itu sebenarnya simpel saja. Yang pasti, pahami  dengan baik terlebih dahulu segala syarat dan ketentuan yang ada, selanjutnya semua akan mengalir dan baik-baik saja.

Banjarmasin, 27 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun