Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Makna Keindonesiaan dari Rama Kanjeng

28 September 2020   01:47 Diperbarui: 28 September 2020   02:23 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : merdeka.com

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Prof. A.F. Manning dalam Buku Tahunan (Jaarboek) 1987 yang diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi Katolik Nijmegen, menyebutkan bahwa ada begitu banyak dampak yang ditimbulkan oleh penjajahan Jepang bagi Gereja Katolik di Indonesia. Tercatat 74 orang imam, 47 orang bruder dan 161 orang suster meninggal di tempat-tempat tahanan; banyak gereja dan sekolah-sekolah ditutup, bahkan tak sedikit yang dihancurleburkan.

Menurut catatan Rm. J. Harsasusanta, Pr, Rama Kanjeng wafat pada hari Senin tanggal 22 Juli 1963 jam 22.20 waktu setempat di Steyl Tegelen, Provinsi Limburg Nederland. Rama Kanjeng dianugerahi gelar Pahlawan Nasional RI, berdasarkan SK Presiden RI no. 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963. 

Selanjutnya Rama Kanjeng disebut Tokoh Nasional sekaligus Jenderal Anumerta sehingga dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal di Semarang pada tanggal 30 Juli 1963.

Secara singkat kedua gelar istimewa tersebut diberikan kepada Rama Kanjeng sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan dari pihak Pemerintah Republik Indonesia. 

Presiden Soekarno sendiri begitu mengenal dan mengakui keagungan Rama Kanjeng yang sering disapanya dengan sebutan Rama Agung tersebut. Melalui sebutan Tokoh Nasional, Soekarno berharap agar Rama Kanjeng dapat menjadi suri teladan bagi generasi selanjutnya

Sedangkan gelar Jenderal Anumerta diberikan kepada Rama Kanjeng karena Pemerintah Republik Indonesia mengetahui dan mengakui bahwa beliau mempunyai peranan yang tidak sedikit dalam perjuangan bangsa Indonesia, termasuk juga perhatian beliau yang sangat besar terhadap ABRI. 

Hal itu terbukti dari ide-ide maupun saran-saran Rama Kanjeng yang langsung diberikan kepada Presiden maupun kepada Pimpinan pimpinan ABRI tertentu pada masa itu.

Selain itu, tentu kita tidak boleh melupakan dorongan-dorongan beliau kepada para Pemuda Pejuang, AMKRI dan lain-lain. Dan karena sikap beliau terhadap ABRI yang demikian itulah, maka status Uskup ABRI diakui dan dihargai oleh Pemerintah Republik Indonesia; yang sebetulnya secara organisatoris tidak memiliki kedudukan atau jabatan resmi dalam struktur pemerintahan.

Rama Kanjeng memang mempunyai jiwa nasionalis yang besar dan tulen, seperti halnya I.J. Kasimo yang akrab sekali dengan Rama Kanjeng dan sering kali berkonsultasi mengenai berbagai masalah politik. Hal itu bisa dimengerti, karena baik Soegija maupun Kasimo merupakan murid-murid gemblengan Rm. van Lith di Kolose Muntilan, Yogyakarta. 

Rm. van Lith pada waktu itu sudah mendasari murid-muridnya dengan pengertian tentang kebebasan, atau lebih jelasnya tentang kemerdekaan bangsa. Rm. van Lith pada masanya sudah mulai menyalakan jiwa dan semangat perjuangan untuk kebebasan bangsa Indonesia. 

Dan jiwa serta semangat itu tetap dihidupi Rama Kanjeng hingga akhir tugas penggembalaannya, "Menjadi 100% Indonesia, 100% Katolik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun