Dokumen itu semua membuat perjalanan menjadi ribet. Dengan kata lain, abaikan saja untuk melihat pariwisata leisure akan lekas membaik dalam waktu dekat.
Pariwisata yang berlangsung di awal-awal usai pandemi akan didominasi oleh wisatawan yang merupakan kategori must-travel tourist, yang jika ditinjau dari perspektif ekonomi memang memiliki karakter inelastic demand, seperti wisatawan pada segmen bisnis dan pemerintah yang sedang melakukan tugas resmi dari institusinya.
Karena mahal dan ribetnya perjalanan udara, secara logis wisata roadtrips akan naik daun. Selain relatif lebih murah dan tidak ribet, roadtrips memungkinkan wisatawan mendapatkan experiences yang lebih kaya dari destinasi wisata yang dikunjungi, maupun experiences dikala perjalanan menuju destinasi.
Di sini teman-teman pengelola car rental dan penyedia jasa transportasi serta biro perjalanan wisata bisa memainkan peran dengan lebih maksimal. Entah memodifikasi mobil dengan konsep karavan, membuat paket dan program roadtrips yang variatif/menarik, atau menyediakan fasilitas in-car entertainment khusus semacam kursi pijat, netflix in-the car dan sebagainya sebagai value added dari produk yang ditawarkan.
Sayangnya, roadtrips ini mungkin tidak bisa dinikmati secara merata oleh pelaku pariwisata Indonesia mengingat karakter negara kita dengan ribuan pulaunya.Â
Terbayang dengan jelas wajah teman-teman saya di Waisai, Wakatobi, Togean. Terlintas pula wajah mereka yang ada di Labuan Bajo, 3 Gili di Lombok, bahkan Bali yang mungkin benar-benar harus merubah pola perekonomian mereka.
Dalam hal aktivitas wisata dan destinasi wisata, entah kenapa saya tidak bisa tidak, selain melihat ekowisata sebagai salah satu bintang terang pariwisata dikala pandemi ini berakhir. Hal ini dikarenakan karakter dari aktivitas dan destinasi ekowisata yang umumnya memang inline dengan perilaku masyarakat, yang sudah pasti berubah karena pandemi covid-19.
Lihat saja, ekowisata yang ideal di dalamnya selalu mempertimbangkan unsur-unsur pariwisata yang berkelanjutan dan daya dukung, baik itu ditinjau dari sisi wisatawan, industri, masyarakat maupun lingkungannya (VICE model).
Singkatnya, wajah pariwisata usai pandemi akan hadir dengan beberapa ciri umum, yaitu: shorter & closer trip duration dan travel in smaller group size. Tentunya kondisi ini akan terus berevolusi secara alami di masa yang akan datang seiring dengan turut berubahnya perilaku kita, manusia.
telah tayang di agungyoga.wordpress.com