Mohon tunggu...
Agung Yoga Asmoro
Agung Yoga Asmoro Mohon Tunggu... Dosen - Conquer yourself rather than the world

Aku tidak peduli diberi kesusahan atau kesenangan, karena aku tidak tahu mana yang lebih baik dari keduanya, agar aku dapat lebih bertakwa kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wajah Pariwisata yang Berubah

14 Juni 2020   08:26 Diperbarui: 14 Juni 2020   16:09 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi wisatawan di Bali. (shutterstock.com/Davide+Angelini via Kompas.com)

Source: lintangbuanatours.com
Source: lintangbuanatours.com
Belum lagi dengan diberlakukannya persyaratan khusus seperti: Surat Persyaratan Pendukung Perjalanan dari Lembaga/Instansi Terkait, Surat Pernyataan Perjalanan dalam Rangka Pengendalian COVID-19, Surat Kesehatan dengan hasil tes Rapid non-reaktif atau PCR/Swab negatif, Formulir Kewaspadaan Kesehatan Provinsi Bali, dan Surat Izin Keluar /Masuk Provinsi DKI Jakarta.

Dokumen itu semua membuat perjalanan menjadi ribet. Dengan kata lain, abaikan saja untuk melihat pariwisata leisure akan lekas membaik dalam waktu dekat.

Pariwisata yang berlangsung di awal-awal usai pandemi akan didominasi oleh wisatawan yang merupakan kategori must-travel tourist, yang jika ditinjau dari perspektif ekonomi memang memiliki karakter inelastic demand, seperti wisatawan pada segmen bisnis dan pemerintah yang sedang melakukan tugas resmi dari institusinya.

Karena mahal dan ribetnya perjalanan udara, secara logis wisata roadtrips akan naik daun. Selain relatif lebih murah dan tidak ribet, roadtrips memungkinkan wisatawan mendapatkan experiences yang lebih kaya dari destinasi wisata yang dikunjungi, maupun experiences dikala perjalanan menuju destinasi.

Di sini teman-teman pengelola car rental dan penyedia jasa transportasi serta biro perjalanan wisata bisa memainkan peran dengan lebih maksimal. Entah memodifikasi mobil dengan konsep karavan, membuat paket dan program roadtrips yang variatif/menarik, atau menyediakan fasilitas in-car entertainment khusus semacam kursi pijat, netflix in-the car dan sebagainya sebagai value added dari produk yang ditawarkan.

Sayangnya, roadtrips ini mungkin tidak bisa dinikmati secara merata oleh pelaku pariwisata Indonesia mengingat karakter negara kita dengan ribuan pulaunya. 

Terbayang dengan jelas wajah teman-teman saya di Waisai, Wakatobi, Togean. Terlintas pula wajah mereka yang ada di Labuan Bajo, 3 Gili di Lombok, bahkan Bali yang mungkin benar-benar harus merubah pola perekonomian mereka.

Dalam hal aktivitas wisata dan destinasi wisata, entah kenapa saya tidak bisa tidak, selain melihat ekowisata sebagai salah satu bintang terang pariwisata dikala pandemi ini berakhir. Hal ini dikarenakan karakter dari aktivitas dan destinasi ekowisata yang umumnya memang inline dengan perilaku masyarakat, yang sudah pasti berubah karena pandemi covid-19.

Lihat saja, ekowisata yang ideal di dalamnya selalu mempertimbangkan unsur-unsur pariwisata yang berkelanjutan dan daya dukung, baik itu ditinjau dari sisi wisatawan, industri, masyarakat maupun lingkungannya (VICE model).

Singkatnya, wajah pariwisata usai pandemi akan hadir dengan beberapa ciri umum, yaitu: shorter & closer trip duration dan travel in smaller group size. Tentunya kondisi ini akan terus berevolusi secara alami di masa yang akan datang seiring dengan turut berubahnya perilaku kita, manusia.

telah tayang di agungyoga.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun