Mohon tunggu...
W Agung  Sutanto
W Agung Sutanto Mohon Tunggu... Guru - Sambang agar Sambung

guru jas sd di Gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Jadi Segar dengan Gowes di Tanjakan Perbatasan

9 April 2018   01:37 Diperbarui: 9 April 2018   02:37 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gowes Kurang Pas Sebelum Tanjak Sambeng Gunungkidul

Bagi penggowes  medan ekstrim jadi incaran. Apalagi soal jalur yang masih  alami. Itu kata pegowes sahabatku yang punya klub GSP. Gowes Sabtu pagi nama yang dipakai klub para bapak tengah umur itu. Sebenarnya namanya bukan itu namun karena kegiatannya tiap Sabtu akhirnya kesimpulan namanya demikian saja.

Kebanyakan mereka yang gemar bersepeda hanya keliling jalan-jalan  dan terus makan-makan. Klub ini beda sekali. Lha rutenyapun berganti-ganti. Bahkan waktunyapun juga diubah-ubah tidah pakem pagi. Hingga ada yang menyebut Gowes Sabtu Gila. Setiap saat berubah sesuai dengan keinginan saat itu. Uniknya para anggota yang berjumlah 15 orang itu tetap kompak.

Agenda sebulan sekali mesti keluar kota. Maksudnya rutenya lebih jauh dan menantang. Namun juga perlu penyapu ranjau. Ia bertugas mengamankan anggota yang putus di jalan. Soalnya medan itu di luar rute saben minggunya. Jelas banyak yang gugur di perjalanan. Oleh sebab itu biasanya menyewa tim sapu kawat.

Tetap saja tak ada kapoknya. Pernah nekat tanpa sapu kawat. Melaju di malam hari menuju Pantai Baron. Jarak yang cukup lumayan 100 kilo. Modal awak waras dan sepeda juga fit. Spontan acara itu langsung di setujui anggota. Mereka hanya terbakar semangat yang demikian gila. Karena mereka latihannnya angkat junjung kayu. Paling tidak ada modal kemampuan fisik.

Bearanggota banyak dari tim angkat junjung. Mengangkat kayu ke truk. Atau memotong kayu yang akan disetorke juragan. Atau menyiapkan kayu bakaruntuk tobong genteng. Mereka pada gerak memenuhi kebutuhan dapur. Tak nyaman sebelum mendapatkan hasil. Seharian mengangkat junjung kayu. Baru setelah waktu sore masih tetap ngangkut untuk dibawa ke pangkalan. Tak jos sebelum lalui tanjakan ini. 

Mitos yang ada

Tanjakan yang ada ini bila terjadi kecelakaan dan korban terpental kearah selatan makan dipastikan akan aman. Bila sebaliknya kebanyakan mengalami kehancuran bahkan tak tertolong lagi. Hal ini sebagaimana tetua desa Jantir yang menuturkan.

Lik Mujimin yang sering menjumpai kejadian aneh. Bahkan sering dijumpai makhluk aneh dengan rambut apinya. Menyala layaknya obor uyang melewati tanjakan itu. Seiring pelebaran jalan mitos tetap saja masih melekat di benak para penduduk. Apalagi para sesepuh yang ada di sekitar tanjak ini.

Beberapa korban kebanyakan adalah truk pembawa muatan genteng, kayu dan material bangunan. Kebanyakan dari mereka tak faham atau belum mengenal dengan baik tanjakan ini. Saat mengatur gigi persnelingnya. Atau bahkan remnya jebol atau njeplos sehingga bablas meluncurke jurang.

sehingga disarankan hati-hati dan cek kondisi kendaraan. 

Tugu Perbatasan

Bagi para penggowes dari uatra akan lewat portal ini. Sejak pagi sudah ramai pengunjung. Apalagi saat hari libur. Minggu atau tanggal merah dipastikan tak sepi dari orang swa photo. Dari usia anak, remaja hingga orang tua yang tak mau kalah gaya.  Semenjak dibangun tugu itu menjadi daya tarik ke Gunungkidul.

Saudara dari Bogor kala itu juga pingin aksen di depan tugu caping. Karena bangunan itu ada caping dan canting sebagai alat batik. Sebuah ikon desa sebelah baratnya ada lah sentra indistri batik walang. 

Kiranya perlu uji diri untuk mengetahui kemampuan yang ada. Salam olahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun