Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sesaji Presiden Suya

12 Agustus 2018   09:27 Diperbarui: 12 Agustus 2018   11:45 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: http://kiagungprabowo.blogspot.com/

Sebelum penobatan Pemimpin di negara yang sebentar lagi akan memilih pemimpinnya, Sang Brahmana menyarankan agar calon pemimpin mengadakan sesaji Presiden Suya, yaitu sesaji yang hampir sama dengan sesaji Raja suya dan sesaji Aswameda. 

Sesaji Aswameda adalah tradisi melepas kuda yang diiringi prajurit kerajaan, dan wilayah sepanjang jalan yang dilalui kuda tersebut harus bergabung dalam kekuasaan sang pembuat sesaji. Sedangkan sesaji Raja Suya tidak perlu melepas kuda, hanya prajurit saja.

Konon, di Negara tersebut, Puntadewa mendengar kabar bahwa Jalasandra akan mengadakan sesaji Kala Rodra. Sesaji Kala Rodra merupakan sesaji pengkhianatan terhadap saran sesaji Presiden Suya yang penuh damai, sementara sesaji Kala Rodra penuh dengan pertumpahan darah. 

Sesaji Kala Rodra adalah menaklukkan 100 pemimpin dan pemimpin yang sudah takluk itu nantinya akan dipenggal kepalanya untuk dipersembahkan kepada Batara Kala sebagai sesaji Kala Rodra.

Jalasandra kabarnya telah menawan 97 pemimpin dan tinggal 3 lagi yaitu Puntadewa, Baladewa dan Kresna. Mendengar hal ini maka Puntadewa mendeklarasikan terlebih dulu tentang sesaji Presiden Suya agar Jalasandra dan kroninya bingung dan berharap bahwa sesaji Kala Rodra yang disembunyikannya terkuak. Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya Jalasandra akan menggunakan sesaji Kala Rodra apabila memimpin nantinya karena kampanye yang digunakan adalah Presiden Suya seperti yang sudah disarankan para Brahmana.

Puntadewa sudah tahu bahwa ia akan mengalami maju kena dan mundur kena. Apabila ia mendeklarasikan sesaji Presiden Suya maka ia akan dikatakan memperalat Brahmana sedangkan apabila ia mengurungkan sesaji Presiden Suya maka ia akan dikatakan membenci Brahmana.

Para Pandawa yang merupakan koalisi Puntadewa akhirnya mempunyai niat untuk membebaskan 97 pemimpin yang ditawan oleh Jalasandra. 

Pihak Jalasandra yang akhirnya mendengar bahwa tawanannya akan dibebaskan oleh Puntadewa menjadi marah dan menantang pihak Puntadewa untuk berperang. 

Para Pandawa menyadari bahwa apabila peperangan dilaksanakan maka yang rugi adalah masyarakat. 

Untuk membungkam Jalasandara maka Werkudara turun tangan sendiri dengan menghantamkan senjata gada 'rujakpolo' ke tubuh Jalasandra. Namun karena Jalasandra sudah terlatih dalam latihan-latihan militer sejak kecil maka ia dapat mengatasi kesaktian gada 'rujakpolo'.

Werkudara mundur sejenak dan meminta nasehat Kresna. Oleh Kresna diberitahu bahwa untuk mengalahkan Jalasandra maka ia harus dibelah tubuhnya seperti kelahirannya. Setelah itu Werkudara maju kembali dan berupaya memegang kedua kaki Jalasandra agar dapat dibelah tubuhnya. Jalasandra akhirnya dapat ditaklukkan oleh tangan Werkudara.

97 pemimpin kemudian dapat dibebaskan oleh Puntadewa. Dan sesuai dengan syarat sesaji Presiden Suya, maka perhelatan sesaji Presiden Suya harus dihadiri oleh 100 pemimpin. 97 adalah pemimpin yang tadinya ditawan oleh Jalasandra dan tiga lagi adalah Puntadewa, Baladewa dan Kresna.  

Perhelatan yang direncanakan akan diselenggarakan dengan damai itu dikacaukan oleh seorang pemimpin yang bernama Supala yang merupakan pemimpin yang setuju dengan Jalasandra. Walaupun tadinya ia merupakan tawanan dari Jalasandra namun setelah ditawari kekuasaan dan uang ia menjadi sekutu dari Jalasandra.

Supala menantang Kresna karena sebenarnya Supala mempunyai dendam kesumat dari masalah masa lalu yang sampai saat ini belum dapat 'move on'. Baik Supala dan Jalasandra sebenarnya memendam masalah dari hubungan masa lalu sehingga mereka memusuhi Pandawa dan Kresna. Dan kini Puntadwa dengan sesaji Presiden Suya ingin bedamai dengan semuanya dan memikirkan masa depan bangsa.

Supala masih belum rela apabila bangsa ini dipimpin oleh keturunan Pandawa dan ia ingin merebutnya kembali. Namun karena karma yang tertulis mengatakan bahwa ia harus mati di tangan Kresna, maka saat Supala berteriak-teriak menjelek-jelekkan Puntadewa dan Kresna (Supala memang ahli hasut dan provokasi), ketika itu juga senjata cakra milik Kresna melesat untuk mengakhiri hidup Supala.  

Perhelatan sesaji Presiden Suya akhirnya dilaksanakan walaupun harus melewati beberapa rintangan, terutama rintangan dari orang-orang dalam seperti Supala dan Jalasandra yang menawan 97 pemimpin untuk alat politiknya.

Jalasandra dan Supala dapat menjadi siapa saja dan bahkan orang-orang yang seperti Supala saat itu mendapat julukan 'bala post kurawaisme'. Yaitu kelompok pembaharu yang dapat membawa perubahan bagi Kurawa dalam melawan Pandawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun