Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal TNI Orba di Titik Terendah Gatot Juga Menyinggung Titiek

5 Desember 2020   07:05 Diperbarui: 5 Desember 2020   07:28 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo bersama Titiek Soeharto (Instagram/@titieksoeharto).

Kemudian, jika mengukur ancaman konflik horizontal yang mungkin terjadi maka turunnya TNI Kodam Jaya berada pada saat yang tepat sebelum semuanya terlambat.

Jika Satpol PP dan polisi saja dianggap sepele lalu apakah ketertiban mau diserahkan ke ormas seperti Banser begitu? Yang nanti akan berhadapan dengan FPI dan ormas-ormas pendukung Gubernur Anies Baswedan?

Aksi ormas pendukung Gubernur Anies Baswedan yang siap pasang badan, 27/11/2020 (okezone.com).
Aksi ormas pendukung Gubernur Anies Baswedan yang siap pasang badan, 27/11/2020 (okezone.com).
Tentu tak hanya Banser yang sudah gerah dengan ulah segelintir pihak yang mau berbuat seenaknya sendiri. Apalagi setelah Kyai NU Habib Lutfi Yahya disinggung Soni Eranata.

Bukti bahwa rakyat mendukung TNI adalah jejeran karangan bunga simpati di depan markas Kodam Jaya. Ungkapan perasaan warga itu adalah bentuk ekspresi silent majority yang enggan ikut gaduh namun sudah tak sabar menunggu ada tindakan nyata.

Pernyataan Gatot Nurmantyo bahwa TNI saat ini seperti zaman orba sangat disayangkan. Justru hal itu sekaligus mengundang pertanyaan, apakah ketika ia menjadi panglima dahulu telah terjadi pembiaran?

Gatot juga harus pandai-pandai bertenggang rasa, misalnya kepada Titiek Soeharto sebagai keluarga Cendana yang kerap hadir dalam acara KAMI. Mengatakan ABRI sebagai alat politik orba di satu sisi adalah pengakuan, tetapi di lain pihak hal itu juga berarti mencoreng muka kawan sendiri.

Tampaknya Gatot sedang mengalami krisis wacana setelah sebelumnya berbicara tentang jihad dan menyoal pemimpin yang dituding "menjual" TNI. Kesulitan mencari celah serangan tampak jelas karena isu lama andalan yaitu kebangkitan PKI sepertinya tak bisa lagi dipakai.


Setelah Luhut mondar mandir ke Gedung Putih maka wacana komunisme dengan sendirinya redup. Pasti gengsi juga mengangkat soal itu karena seolah-olah tak ikut perkembangan berita.

Yang perlu dilakukan Gatot barangkali clue-nya sudah disampaikan lewat gesture Anies Baswedan tempo hari: baca buku. Banyak gagasan yang melampaui permasalahan jika Gatot memang seorang sosok negarawan. Kualitas itulah yang diperlukan untuk sampai pada level mampu meng-counter istana secara cerdas.

Kembali pada kaitan pernyataan mengenai TNI yang saat ini disebut seperti orba, ada baiknya Gatot membaca sejarah; misalnya tentang tragedi Tanjung Priok yang terkenal itu. TNI zaman Jokowi --percayalah-- tak akan dibiarkan melakukan kekejaman seperti itu meski kamtibmas harus ditegakkan.

Salus populi suprema lex esto. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun