Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kompasiana 11 Tahun, Berbicara Soal Kompetitor dan Tantangan Hari Ini

2 November 2019   03:44 Diperbarui: 2 November 2019   05:57 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompetisi (dynamicsbusiness.com.au).

Fenomena tersebut juga sempat dikuliti media mainstream terutama Tempo dengan wacana buzzer politik yang menimbulkan banyak pro dan kontra.

Soal kecenderungan memilih kanal politik bagi Kompasianer sendiri mungkin  bisa benar untuk sebagian, tetapi tidak untuk beberapa kasus tertentu.

Munculnya Kompasianer yang memperoleh pageviews luar biasa dari kanal non-politik bisa mematahkan anggapan bahwa politik adalah tambang emas untuk meraih angka keterbacaan. Tinggal kejelian dan keunikan sudut pandang saja yang dibutuhkan agar  sebuah tulisan dapat memikat netizen tanpa unsur-unsur clickbait yang menyesatkan itu.

Lalu bagaimana seandainya Kompasiana tanpa K-reward?

"Wah jangan dong!", mungkin begitu keinginan sebagian besar warga.

Tetapi adalah hal realistis dan juga sesuatu yang menantang justru, untuk menggali apa yang bisa kita peroleh dari beraktivitas di Kompasiana ini selain hanya monetisasi artikel (dan pahala).

Mutu tulisan adalah salah satu hal yang pantas diperjuangkan penulis di mana admin bertindak sebagai kurator untuk menentukannya. Menjadi persoalan juga sebenarnya bagaimana faktor kedalaman admin dalam menguasai seluk beluk masing-masing kanal. Apakah hanya sebatas unsur-unsur ekstrinsik ataukah juga hingga esensi gagasan suatu tulisan.

Tetapi terlepas dari hal itu, penulis sebaiknya percaya bahwa karya tulis yang baik, yang enak dibaca, satu ketika dapat mengantarkan penulisnya pada hal yang tak terduga sebelumnya. Tawaran membuat buku misalnya.

Bahkan, tanpa adanya  tawaran pun Kompasianer bisa membuka jalan sendiri untuk merintis karya penulisan berbentuk buku seperti yang sudah dilakukan sejak dulu. Prosesnya dapat dikerjakan bertahap sesuai kemampuan. Asal jangan terlena dan kemudian tidak berjalan kemana-mana.

Itu hanya beberapa contoh motivasi saja. Ada banyak alasan dan kepentingan bagi ribuan Kompasianer untuk terus berkarya dan menulis buah gagasannya hari demi hari. Tentu tidak melulu soal nilai kapital yang dapat dengan mudah dikalkulasi.

Pengelola Kompasiana, menapaki dekade kedua perjalanan milestone-nya, pasti sudah punya roadmap inovasi agar tetap mampu berada di depan sebagai leader.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun