Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Insan Pembelajar

Agung MSG - Trainer Transformatif | Human Development Coach | Penulis Buku * Be A Rich Man (2004) * Retail Risk Management in Detail (2010) * The Prophet’s Natural Curative Secret (2022) 📧 Email: agungmsg@gmail.com 📱 Instagram: @agungmsg 🔖 Tagar: #haiedumain | #inspirasihati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mie Ayam Jumat Berkah Jadi Saksi Cinta Ayah Tua

22 Agustus 2025   18:58 Diperbarui: 22 Agustus 2025   19:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cinta seorang ayah tidak pernah berkurang meski usia menua dan harta sirna. Ketulusan sederhana bisa menjadi warisan abadi bagi anaknya."

Di tengah hamparan sawah hijau, seorang ayah tua melangkah pelan. Tangannya gemetar memeluk sekotak mie ayam dan dua bungkus kue plastik bening. Matanya sembab, bukan karena debu atau cahaya matahari, melainkan air mata yang tak lagi mampu ia bendung.

Ia baru saja keluar dari masjid besar, tempat di mana setiap Jumat selalu ada "Jumat Berkah" bagi siapa saja yang membutuhkan. Dari situlah ia membawa pulang makanan sederhana ini. Hanya mie ayam dan kue, tapi di tangannya terasa seolah harta tak ternilai.

"Anakku pasti suka ini..." bisiknya, lirih namun penuh harap.

Langkahnya berat, seberat kenangan yang menyesaki dadanya. Ia teringat masa lalu, saat masih kuat dan mapan. Ketika itu, sekali sebulan ia selalu mengajak putri semata wayangnya singgah dari satu kafe ke kafe lain. Dari sudut kota yang ramai, hingga kafe sederhana di tengah sawah, ia belikan apa saja yang gadis kecil itu mau. Semua ia lakukan untuk menutup rasa bersalah, karena terlalu sering meninggalkan anaknya sendirian demi pekerjaan ke luar kota.

Kini, semuanya berbeda. Uang tak lagi ada. Usia menua. Napas tersengal. Dan satu-satunya yang bisa ia bawa pulang hanyalah makanan sedekah dari masjid.

Di sepanjang jalan pulang, bibirnya bergetar melafazkan doa:

"Ya Allah, biarkan aku tetap bisa membuat anakku tersenyum di sisa hidupku. Meski hanya dengan hal kecil seperti ini..."

Sampai di rumah panggung sederhana di ujung desa, ia memanggil lembut dengan suara bergetar:

"Dinda... Ayah pulang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun