"Tak semua hal harus diketahui dunia. Kebahagiaan yang disyukuri dalam diam lebih bernilai daripada kebahagiaan yang diumbar tanpa tujuan."
Sebuah Renungan tentang Hikmah, Keikhlasan, dan Kesederhanaan
Bisa jadi, tak banyak orang menyadari satu hal ini. Bahwa, kehidupan di era kekinian yang serba transparan ini, hampir semua hal bisa dibagikan hanya cukup dengan satu sentuhan jari. Namun, bisa jadi kita sering lupa, bahwa tidak semua hal harus diketahui dunia.Â
Ada kisah yang indah bila tersimpan dalam keheningan. Ada nikmat yang cukup kita syukuri dalam hati, dan ada keberhasilan yang lebih bermakna jika dinikmati dalam kesederhanaan.
Belajar dari Kisah Nabi Yusuf
Dalam Al-Qur'an, Allah mengisahkan peristiwa penting dalam hidup Nabi Yusuf. Ketika beliau bermimpi melihat matahari, bulan, dan sebelas bintang bersujud kepadanya, dengan penuh semangat beliau menceritakan mimpinya kepada sang ayah, Nabi Ya’qub. Namun, alih-alih mendapat sambutan gembira, beliau justru dinasihati:
 "Jangan kau ceritakan mimpimu ini kepada saudara-saudaramu..." (QS. Yusuf, 12: 5)
Sebuah nasihat yang sangat berharga. Bukan karena Nabi Ya’qub tidak percaya pada Yusuf, tetapi karena beliau tahu bahwa tidak semua orang memiliki hati yang lapang untuk ikut berbahagia. Bahkan saudara-saudara Nabi Yusuf sendiri bisa saja dikuasai oleh rasa iri dan dengki. Dan benar, kisah selanjutnya menunjukkan bagaimana kedengkian itu membawa Yusuf dalam ujian yang luar biasa berat.
Bukan Semua Orang Akan Ikut Bahagia
Berbagi kebahagiaan adalah hal yang baik, tetapi harus disadari bahwa tidak semua orang akan ikut bahagia atas kebahagiaan kita. Ada yang merasa iri, ada yang merasa tertinggal, ada pula yang semakin terpuruk karena merasa hidupnya tak seindah yang kita tunjukkan.
Di era media sosial saat ini, kita cenderung ingin membagikan setiap momen manis dalam hidup. Pencapaian, perjalanan, keberhasilan, bahkan hal-hal kecil pun seakan harus diketahui banyak orang. Namun, sadarkah kita bahwa tidak semua yang melihat akan memiliki hati yang bersih? Ada yang diam-diam menyimpan rasa iri, ada yang justru merasa semakin gagal, dan ada pula yang menggunjing di belakang kita.
Syukur yang Diam-diam Lebih Bermakna
Allah berfirman: "Jika menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya…" (QS. Ibrahim, 14: 34)
Bersyukur tidak harus selalu ditunjukkan ke publik. Syukur sejati adalah yang terpatri dalam hati, yang diekspresikan melalui amal, dan yang dibagikan dengan penuh keikhlasan kepada mereka yang memang berhak menerimanya. Kebahagiaan yang dibagikan kepada orang-orang yang tepat akan lebih bermakna dibandingkan sekadar unjuk diri di media sosial.
Cukup Orang-orang Terdekat yang Tahu
Kenikmatan, kebahagiaan, dan pencapaian yang kita raih cukup kita bagikan kepada mereka yang benar-benar peduli. Keluarga yang selalu mendukung, sahabat sejati yang tak mengenal iri, serta orang-orang yang dengan tulus ingin melihat kita maju.
Dalam Islam, kita juga diajarkan untuk tidak berlebihan dalam menunjukkan nikmat yang kita dapatkan, agar tidak memancing kedengkian atau menyakiti perasaan orang lain yang mungkin belum mendapatkan hal yang sama.
Hikmah dalam Kesederhanaan
Dunia tidak perlu tahu semua hal tentang kita. Terkadang, keindahan hidup justru terletak pada apa yang tidak kita bagikan, apa yang tetap tersimpan dalam hati, dan apa yang hanya diketahui oleh Allah. Dalam kesederhanaan dan ketulusan, ada kebahagiaan yang lebih abadi dan keberkahan yang lebih nyata.
Namun, jika ada hal yang memang perlu dibagikan - baik untuk inspirasi, promosi, atau branding - pastikan itu dikemas dengan baik. Jangan sampai niat baik kita justru berubah menjadi kesan pamer yang tidak berfaedah. Tetaplah rendah hati, tetaplah bersyukur, dan selalu jaga niat dalam setiap langkah kita.
Dunia tak perlu tahu semuanya… Karena kebahagiaan sejati adalah yang dinikmati dengan hati yang lapang, tanpa harus diumbar kepada semua orang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI