2. Regulasi adaptif. Regulasi yang fleksibel dan berbasis digital akan memastikan bahwa sistem perkeretaapian dapat merespons perubahan dengan cepat. Misalnya, kebijakan yang mendukung adopsi teknologi cerdas dan energi terbarukan.Â
3. SDM berdaya saing global. SDM yang adaptif adalah kunci keberhasilan. Mereka harus memiliki kemampuan untuk belajar cepat, berinovasi, dan bekerja dalam lingkungan yang dinamis. Pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi internasional harus menjadi bagian dari strategi pengembangan SDM.Â
4. Keamanan siber. Di era digital, keamanan siber adalah bagian tak terpisahkan dari adaptabilitas. Serangan siber dapat mengganggu operasional dan merusak kepercayaan publik.Â
Misi DJKA: Membangun Sistem Perkeretaapian yang AdaptifÂ
Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) bertanggung jawab memastikan sistem perkeretaapian nasional berjalan lancar dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Untuk itu, DJKA perlu mengusung enam misi utama untuk transformasi system perkeretaapian nasional. Yaitu yang mencakup regulasi Adaptif, dengan terus menyempurnakan kebijakan berbasis teknologi digital agar lebih responsif terhadap perkembangan industri dan kebutuhan masyarakat. Misi lain yang tak kalah penting, adalah juga dengan membangun infrastruktur modern yang difokuskan pada pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan terintegrasi menjadi prioritas agar sistem kereta api tetap relevan dengan teknologi masa depan.
Kedua misi diatas, juga perlu diakselerasi dengan adopsi Teknologi Cerdas. Misalnya dengan pemanfaatan IoT, AI, dan big data akan meningkatkan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan layanan perkeretaapian. Sementara, kolaborasi Publik-Privat, yaitu siinergi antara pemerintah dan swasta tentu saja harus diperkuat, karena ini akan mempercepat inovasi serta meningkatkan kemandirian industri perkeretaapian.
Untuk itu, maka pengembangan SDM tak boleh kedodoran. Pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi internasional akan sangat membantu dalam menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan siap menghadapi perubahan.
Misi-misi diatas, tentu saja harus dilengkapi dengan misi DJKA dalam membangun sistem transportasi berkelanjutan. Antara lain, DJKA harus berkomitmen pada sistem perkeretaapian ramah lingkungan melalui energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon.
Selain itu, DJKA berupaya meningkatkan aksesibilitas kereta api agar dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat sebagai tulang punggung mobilitas nasional.
Best Practice: Belajar dari Japan Railways (JR)Â
Salah satu contoh best practice dalam membangun adaptabilitas adalah Japan Railways (JR). Perusahaan ini terkenal karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan kebutuhan pasar. Misalnya, JR telah mengintegrasikan sistem pemesanan tiket berbasis AI dan menggunakan energi terbarukan untuk mengurangi dampak lingkungan. JR juga terus berinovasi dalam teknologi keselamatan dan kenyamanan penumpang.