Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyirami Bumi Perpisahan di Pagi Hari dengan Air Mata, Penghormatan dan Doa

2 Agustus 2023   17:30 Diperbarui: 2 Agustus 2023   17:32 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bumi dan alam semesta pun bertasbih mengiringi kisah di pagi hari | Foto dokumen pribadi 

Di heningnya malam yang sunyi, mendadak telepon berdering memecah kesunyian. Dengan nafas yang jelas terdengar pendek-pendek, sahabat setia mengabarkan kabar duka : ibunda menghadap Sang Kuasa. Katanya, pukul 9 malam tadi, saat sayap-sayap waktu berganti, rohnya pun berpisah dari raganya yang rapuh. Rasa duka pun menghunjam, tanpa ada firasat akan perpisahan yang mendalam. Ia hanya berpesan :

"Tolong sampaikan ke temen-temen ya, dan maafkan ibu saya. Doakan, doakan, doakan..."

Malam kian larut, aku duduk di sudut ruangan yang redup, hampa akan kehadiran sahabat karibku. Hati ini berat, ingin kutitipkan pesan tentang kabar pahit yang menimpa ibundanya, namun bagaimana aku melakukannya? Bagaimana kusampaikan berita kematian kepada sahabat-sahabat setiaku yang lainnya dengan kata-kata yang tak merobek hati dan jiwa?

Begitu sulitnya mengutarakan kata-kata, namun itulah sunnatullah kehidupan yang harus kita hadapi. "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya kepada Kami, kamu akan dikembalikan", begitu tegas firman Allah Yang Maha Mengetahui segala rahasia dan kisah di balik setiap hidup. Bagaimana mampu kita, hamba-Nya yang lemah, menolak ketentuan-Nya yang tak dapat dielakkan?

Pesan Allah pun menegaskan ulang bertubi-tubi, "Kami tidak menjadikan seorang manusia hidup abadi sebelum kamu (Muhammad). Jika kamu wafat, apakah mereka akan kekal?" 

"Setiap makhluk yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami"

Aku pun jadi terjaga, lupa akan kantuk yang mendera. Duka ini mengingatkanku pada ibu tercinta.

Pagi pun menjelma dengan kelopak mata yang berat. Langkahku membawa pada pintu rumah duka yang dirangkai oleh rasa haru dan duka. Di hadapan jenasah yang tenang terbaring, doa terbaik pun kutitipkan, semoga rohnya diterima di sisi-Nya dengan penuh kasih dan Rahmat yang bertabur surga. Masyarakat berdatangan sambung menyambung membanjiri ruang kesedihan, menyirami bumi perpisahan dengan air mata dan penghormatan.

Selepas itu, hatiku mencari sang sahabat, yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibunda tercinta. Saat akhirnya bertemu, tak dapat kusangkal perasaan pilu membelenggu. Pelukan erat kami bersatu, seperti merangkul kenangan indah dan getir yang pernah kita lalui bersama.

Dalam kisah yang tersurat, terpatri juga kisah yang mirip dalam relung hatiku. Ketika ibu meninggalkan dunia yang fana ini, diriku pun menyaksikan bagaimana ia berjuang melewati penderitaan. Sakit menyelimutinya, makan tak lagi bisa masuk dan dinikmati. Dingin merasuki kaki-kakinya, hingga akhirnya ia berlabuh pada pelukan kematian. Tetapi, setelah segala kesakitan, hanya diam, kenangan dan doa abadi yang kupanjatkan.

Kemudian, tanpa pamit yang panjang, jenasah dibawa dengan kaki-kaki yang berjalan kaki. Ratusan jamaah berkumpul di masjid besar, memberikan penghormatan dengan salat yang hikmah. Lalu beriringan, mereka berjalan, menuju tanah pekuburan yang jauh. Menelusuri pematang sawah membelah bumi. Gunung Gede yang ada di hadapan pun menjadi saksi, bersama burung-burung pipit dan semesta alam mereka pun turut bertasbih. Udara pun bersahabat, awan teduh membayangi langkah-langkah menuju peristirahatan terakhir.

Tak ada yang bisa dibawa, kecuali kebajikan dan amal shalih yang diridoi-Nya | Dokpri
Tak ada yang bisa dibawa, kecuali kebajikan dan amal shalih yang diridoi-Nya | Dokpri

Di sana, tiga ustad dari masjid-masjid terdekat bergantian bersama-sama mendoakan sang ibu. Suasana hening, tanpa gemuruh suara, seolah seluruh jamaah merenungkan tentang datangnya kematian yang tak terduga, kapan dan di mana maut akan menjemput, menghadapkan kita pada akhir perjalanan.

Ada banyak kepala yang tertunduk, ada banyak doa yang terpanjat | Dokpri
Ada banyak kepala yang tertunduk, ada banyak doa yang terpanjat | Dokpri

Sahabat saya yang berada di sebelah kanan setengah berbisik menyampaikannya dengan santun dan pengharapan. Katanya, "Kita pun nanti akan pulang. Kita tidak tahu, kapan kita akan pulang dan dimana. Juga dalam kondisi seperti apa... Semoga Allah rido saat kita pulang nanti... "

Segera, saya pun merangkul pundaknya, dan hanya bisa diam dan mengangguk saja meresapi kata-katanya yang penuh hikmah dan makna. "Aamiin, aamiin, aamiin ya robbal alaamiin..."    

Doa tulus buat sahabat, keluarga dan ibundanya menembus alam semesta | Dokpri
Doa tulus buat sahabat, keluarga dan ibundanya menembus alam semesta | Dokpri

Nasihat terbaik yang bisa saya sampaikan kepada sahabat saya hanyalah ungkapan hati yang sederhana, bahwa "Harta teragung dan termulia yang bisa menjadi kekuatan terbesar yang dapat kita gunakan untuk menghadapi beban dan beratnya hidup, termasuk kesedihan kehilangan ibunda tercinta, adalah kesabaran."

Semoga, dengan izin Allah, ibunda sahabatku berpulang dengan husnul khotimah, kebaikan yang abadi dan berbahagia di sisi-Nya.

Aamiin, ya Rabbal Alamin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun