Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Tak Berjudul

22 Februari 2024   20:03 Diperbarui: 22 Februari 2024   20:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam Tak Berjudul

Langit malam bagai permadani hitam,
Bertabur berlian yang berkilauan,
Rembulan purnama bersinar terang,
Menemani malam yang sunyi dan kelam.

Angin sepoi-sepoi bertiup lembut,
Membawa aroma bunga yang harum,
Suara jangkrik bersahut-sahutan,
Menciptakan melodi alam yang menenangkan.

Bintang-bintang berkelap-kelip di langit,
Seolah-olah menyapa dengan senyuman,
Menemani malam yang tak bernama,
Menawarkan kedamaian di tengah hiruk pikuk dunia.

Di bawah sinar bulan yang temaram,
Terlukis bayangan-bayangan yang panjang,
Menyimpan cerita dan rahasia yang tak terungkap,
Mengenai kehidupan yang penuh dengan misteri.

Malam tak berjudul ini,
Menawarkan ruang untuk refleksi diri,
Memikirkan tentang perjalanan hidup yang telah dilalui,
Dan merenungkan tentang masa depan yang akan datang.

Di malam yang sunyi dan damai ini,
Terasa ada ketenangan yang menyelimuti,
Memberikan kesempatan untuk beristirahat dan menenangkan jiwa,
Sebelum kembali beraktivitas di pagi hari.

Malam tak berjudul ini,
Adalah hadiah yang indah dari alam,
Menawarkan momen untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan,
Dan merasakan kedamaian yang tak terlupakan.

Di malam yang tak berjudul ini,
Bayangan-bayangan berdansa di dinding,
Bintang-bintang melintas di langit gelap,
Menyaksikan diamnya dunia yang terlelap.

Angin malam membawa bisikan-bisikan rahasia,
Menyelinap di antara pepohonan yang rebah,
Di kejauhan, gemerlap kota menyala,
Menyulut kehidupan dalam kesunyian yang merayap.

Di sudut gelap, terdengar hembusan pelan,
Mungkin itu rindu yang menyelinap dalam hati,
Atau mungkin itu doa yang terucap dalam bisu,
Merayap perlahan menuju Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun