Saya sangat meyakini, apa yang dirancang semesta tak ada yang tak bermanfaat. Baik pernikahan, beranak pinak, keluarga, bersaudara, bertetangga, pertemanan dan lain sebagainya.
Setiap syariat yang diadakan di muka bumi, sejatinya demi kebaikan manusia. Karena manusia adalah aktor utama, yang dipercaya mengelola bumi dan seisinya. Manusia dengan takdir kemuliaan, semestinya menjaga berproses agar menjadi mulia.
Termasuk soal utang piutang, sesungguhnya bagian dari sebuah kebaikan. Utang piutang tak ubahnya tolong menolong, yang mengandung banyak aspek. Kalau setiap aspek ditunaikan, niscaya akan mendatangkan banyak manfaat.
Setiap yang terlibat terpelihara kemuliaan, terjaga fitrah dan berimpact baik. Pengutang terselamatkan dari kesempitan, dan pemberi utang terpupuk jiwa kedermawanan. Pengutang dan pemberi utang sama-sama diuntungkan, jika menjalankan kewajiban sesuai porsi.
Maka Kompasianer, jangan ciderai esensi utang piutang agar tetap menjadi kebaikan.
---- ----- --
Pengutang, adalah orang atau pihak yang butuh bantuan. Keputusan berutang, seperti sedang "menggadaikan" reputasi diri. Dan kesempatan pembuktian reputasi, adalah menjalankan kesepakatan tentang janji melunasi.
Baik- baik pengutang menjaga amanah, karena nama baik kalian sedang dipertaruhkan. Kalau berniat tidak membayar, maka kelanjutannya adalah keburukan.
Sementara pemberi utang, adalah orang atau pihak yang bersedia membantu. Mereka tidak selalu orang yang berkelebihan, tetapi sedang memberi kepercayaan pada pihak lain. Pengutang posisinya sangat rentan dikhianati, tetapi membantu pada yang kepepet menjadi itikad baiknya.