Sungguh, naik turunnya perasaan manusia sangat-sangat tak terprediksi. Suasana hatinya bisa berubah sewaktu- waktu, menyesuaikan situasi sedang dihadapi. Bolak-balik hati ini, sedemikian dinamis dan kapanpun dengan cepat berubah.
Yang semula hatinya legowo, mengenggam penerimaan yang luas. Pada saat tak dinyana terusik lagi, luka lama nyaris kering tertoreh kembali. Rasa Ikhlas yang sedianya membentang, sontak tercerabut oleh keadaan tak dikehendaki.
Contoh paling sederhana, adalah soal utang piutang.
Pemberi utang, menjadi pihak yang sangat diuji. Ketika mendapati orang diutangi, tidak bertanggung jawab atas uang dipinjam. Tidak menunjukkan itikad baik membayar utang, padahal sudah berlangsung cukup lama.
Emosi pemberi utang biasanya naik turun, sesuai keadaan sedang dihadapi. Setelah segala cara yang diupayakan, nyatanya tidak membuahkan hasil seperti diinginkan. Setelah usaha menagih tak kesampaian, justru digalaki yang diutangi.
Mau tak mau dituntut meng-ikhlas-kan, belajar berdamai dengan keadaan. Selama kondisi keuangan sedang kondusif, maka suasana hati akan baik- baik saja. Tetapi saat dompet kering kerontang, benak kembali diingatkan pada pengutang.
Tentang uang yang belum dikembalikan, padahal masa telah berganti masa. Rasa kesal yang sebentar lagi sembuh, mendadak kembali tersulut bara. Kekecewaan yang hampir hilang, kembali terkoyak dan merasakan sakitnya.
Pemilik utang yang ingkar, sesungguhnya tak lebih dari orang yang sangat dholim. Segala omongan dan janjinya ibarat angin lalu, yang sama sekali tidak bisa dipercaya.
Reputasinya akan hancur, apapun dilakukan niscaya tak dianggap tak dipedulikan. So, komitmen membayar utang, akan menyelamatkan reputasimu.
--- --- ---