Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pernikahan Itu Berat Karena Setara Separuh Agama

16 Agustus 2025   16:03 Diperbarui: 17 Agustus 2025   08:36 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi- dokumentasi pribadi

illustrasi- dokumentasi pribadi
illustrasi- dokumentasi pribadi

Awal pernikahan, ibarat masa bulan madu melambungkan dua insan. Istri diperlakukan bak bidadari, dipuja puji kalimat manis sang suami. Demikian pula suami dirajakan, dengan segala pelayanan maksimal sang istri.

Namanya bulan madu, ada masanya akan selesai juga. Suami istri menghadapi kehidupan normal, dihadapkan kenyataan keseharian.  

Suami berkewajiban menjemput nafkah, berjibaku dengan tantangan sepanjang hari. Direpoti urusan beras dan minyak yang menipis, gas tinggal satu garis padahal masak belum rampung.

Belum lagi dikejar tagihan listrik, iuran keamanan lingkungan, dan tetek bengek lainnya. Berita bahagia kehamilan istri, menjadi awal munculnya kebutuhan baru. Kontrol rutin dokter membeli vitamin, musti ada budget khusus saban bulan. Susu ibu hamil sesuai umur kandungan, mahalnya membuat kening suami berkerut.

Memasuki masa persalinan, biayanya disiaplan jauh hari. Dari anak lahir sampai balita, kebutuhan popok, susu, minyak telon, bedak, dan seterusnya tak bisa dinanti- nanti.

Anak memasuki usia sekolah, bertambah tingkat biaya semakin membengkak. Tantangan pernikahan, kalau dirunut dari waktu ke waktu tak ada habisnya. Sampai anak dewasa dan mandiri, suami istri menua bersama.

Sedemikian challenging-nya menikah, suami istri kudu saling menguatkan dalam kondisi apapun. Tetap seiring sejalan, berpegangan tali yang mengikat kuat bernama pernikahan.

Dengan naik turun keadaan, suami istri menemukan makna bahagia dari sudut pandang berbeda. Bahagia suami terhadap istri dan sebaliknya, saat rela mengalah meniadakan ego. Dan itu dilakukan dari hari ke hari, bertahun- tahun sampai maut memisahkan.

Sedemikian tidak mudah-nya menikah, maka pantas saja kalau disetarakan separuh agama. Sekali lagi saya sepakat, kehidupan pernikah itu sangat berat. Tetapi beratnya termaklumi, setalah suami istri menjalani.

Mulialah bagi pasangan, yang setia dan memegang komitmen pernikahan hingga akhir hayat. Bahwa pernikahan itu berat karena setara dengan separuh agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun