Fa bi 'ayyi ala'i Rabbikuma tukazziban, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
------
Kompasianer, mari manfaatkan moment Ramadan dengan maksimal. Janganlah setengah- setengah, apalagi menunda- nunda. Karena Ramadan hanya sebulan, dan tigapuluh hari itu cepat sekali. Lagi pula siapa bisa menjamin, Ramadan tahun depan kita masih ada umur.
Meraih makna hakiki Ramadan, musti dimulai dari sekarang. Membenahi puasa-nya, sholat fardhu dan sholat sunnah-nya, membaca qur'an dengan tartil-nya, tarawih, itikaf dan lain sebagainya.
Ibadah ritual penting, tetapi musti ditunjang ibadah sosial yang baik juga. Menjaga hubungan pertemanan, dengan sikap dan lisan agar teman merasa nyaman. Hati- hati ber-medsos, jari- jari ini sangat enteng mengetik apa saja.
Suami menunjukkan tanggung jawab, menjalankan peran-nya dengan penuh amanah. Mengayomi anak istri, berbakti kepada orangtua. Menjaga silaturahmi dengan tetangga, jangan sampai omongan ini menyinggung perasaan.
Kalau kita melakukan setiap peran dengan mindful, niscaya Ramadan menjadi lebih bermakna. Puasanya lebih bermakna, sholat dan tadarusnya lebih khusyu, mengaji dengan mendalami artinya, dan seterusnya.
Hubungan suami istri lebih baik, rela mengesampingkan ego demi kebaikan bersama. Hubungan pertemanan lebih terjaga, saling memberi impact positif. Hubungan bertetangga terawat, sehingga lingkungan menjadi nyaman.
Berbuka puasa dengan mindful (seperti di SINI), sangat bisa menghadirkan makna yang lebih. Kita makan minum secukupnya, meneladani tuntunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Yaitu, makan setelah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.
Berbuka dengan mindful, membuka sudut pandang baru soal mengonsumsi makanan. Makan dan minuman diserap tubuh dengan baik, output-nya berupa kesehatan badan.