Btw, kisah pembuatan boneka ala unyil. Membuat saya focus, pada rendaman kertas koran yang hancur dalam 24 jam saja. Kalau diletakkan ditanah, sangat mungkin kertas itu mengurai dan menyatu dengan tanah.
Sementara sampah plastik, yang sudah belasan tahun itu tidak terusik sama sekali. Plastiknya masih utuh, sangat bahaya bagi masa depan bumi.
Kita musti ikut bergerak, dengan diet sampah sedari sekarang. Mumpung bulan Ramadan, setiap niat baik pahalnya dilipatgandakan.
Yuk, Diet Sampah dari Sekarang demi Generasi Mendatang
Di sebuah acara tentang lingkungan, saya pernah bersua dengan Switenia Puspa Lestari. Pendiri Komunitas Diving, pastinya membernya tentu saja sangat hobi diving. Perempuan akrab disapa Tenia, pernah menemui ikan-ikan di dasar laut berenang sembari menghindari sampah.
Pernah juga ditemui, ikan dalam keadaan terjerat plastik. Sehingga tidak bisa berenang bebas, sedangkan untuk membuka plastiknya musti menggunakan gunting -- saking kencang ikatan.
Kita sangat butuh, Tenia yang lain di bumi pertiwi ini. Soal sampah bukan urusan Instansi pemerintahan saja, atau perusahaan swasta, Komunitas atau penggiat lingkungan. Tetapi menjadi persoalan kita semua, sebagai masyarakat kita musti berkontribusi.
Salah satunya dengan meminimalisir kantong plastik, guna mengurangi sampah-nya. Migrasi ke kantong kertas, atau kantong kain yang dipakai berulang-ulang.
------
Teringat pengalaman membuat boneka Unyil, sangat mudah terurai. Kertas sangat bisa, mengganti fungsi dan peran plastik. Sampah kertas bisa didaur ulang, menjadi barang bernilai ekonomis lebih tinggi dari asalnya.
Berbagai kerajinan dari kertas, di pasaran dihargai sangat layak. Bahkan dari daur ulang sampah kertas, menjelma sebagai sebuah karya seni. Kurang keren apa coba, sapah kertas bisa disulap sedemikian rupa.