Kompasianer yang juga penggiat medsos, mungkin masih ingat viral tweet tahun 2019. Dimulai dari sebuat tweet dari akun @sel***ani , kemudian diretweet mantan Mentri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti.
Akun pertama mengupload gambar sampah bungkus indomie, ditemukan di pantai daerah Malang. Yang membuat ramai, di bungkus mie instan tertulis "55 tahun Dirgahayu Indonesiaku".
Mencermati tulisan 55 tahun kemerdekaan, berarti bungkus plastik pernah diproduksi dan atau digunakan pada tahun 2000.
Terhitung dari unggahan di tweet, maka bungkus plastik tersebut dibuang pada 19 tahun lalu. Kondisinya masih utuh, meskipun gambar di plastik memudah. Btw, lama banget sampah plastik belum terurai.
Seketika saya membayangkan, beribu- ribu ton sampah plastik lainnya yang tidak ramah bumi. Maka tak berlebihan, Indonesia dikategorikan darurat sampah plastik.
Berdasarkan data Sustianble Waste Indonesia, sampah plastik menyumbang 14% dari total sampah Masih data yang sama, sumbangan sampah organik adalah 60%, sampah kertas 9%, sampah metal 4.3% dan sampah lainnya sebanyak 12.7%.
Sampah tidak dibuang pada tempatnya, misalnya dibuang ke sungai bermuaranya ke lautan. Sampah plastik mie instan di pantai Malang, bisa jadi dibuang bukan dari sungai di daerah Malang.
Gemes ya, mari kita berkontribusi mengurangi sampah yang susah terurai. Dengan cara sederhana di keseharian, salah satunya mengurangi penggunaan plastik.
Belanja takjil membawa tote bag sendiri, membawa minum dengan tumbler guna mengurangi pembelian air minum kemasan. Membawa kotak makan, saat membeli makanan sehingga mengurangi sterofoam. Dan seterusnya dan seterusnya.
Atau bisa juga, migrasi dari bungkus plastik ke bungkus kertas. Konon kertas lebih lekas terurai, juga ramah lingkungan.