Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Menikah Menyempurnakan Separuh Agama

27 Desember 2022   06:13 Diperbarui: 27 Desember 2022   06:18 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada yang menjaminkan.

Bahwa kehidupan setelah menikah, bak menempuh jalan bertabur mawar melati. Bahwa hari-hari di pernikahan, bakalan dihiasi kejadian semanis madu. Menikah penuh tantangan dan goda, menikah penuh ujian dan coba. Karena suami istri, adalah dua kepala dengan isi yang berbeda.

Tetapi justru dengan benturan, akan melahirkan kekuatan setelahnya. Dengan menempuh jalan terjal, liku, niscaya mengokohkan daya tahan tubuh. Bahwa suami istri, bisa banyak belajar dari persoalan yang datang menyapa.

Orang dengan ujian hidup, biasanya karakternya akan terbentuk. Sehingga cara bersikap dan berucap, lebih hati-hati dan dihitung dampak ke depan. Kejadian tak mengenakkan, akan memberi asupan pengalaman dan berpengaruh pada pengelolaan pikiran.

Namun bagi yang bersetia (dengan perjuangan), niscaya akan meraih kedewasaan.  Ya, kedewasaan bisa didapati, pada orang yang berani menempuh uji kehidupan. Menyandarkan pada pemilik aturan kehidupan, meyakini pasti ada hikmah di setiap kejadian.

Pun, dengan menempuh onak duri pernikahan. Niscaya terkadung hikmah luar biasa, asalkan suami istri memroses diri dengan tidak neko-neko.

-----

Pengalaman saya (dulu), di satu tahun pertama pernikahan. Bisa diibaratkan masa adaptasi, membutuhkan energi luar biasa. Saya yang terbiasa (apa-apa) mengerjakan sendiri, mau tak mau ada istri diajak ngobrol dijaga perasaan. Saya (atau istri) mulai tahu kebiasaan masing-masing, entah yang baik---kalau yang ini sudahlah-- maupun yang menyebalkan.

Kemudian melatih sikap menerima, selama perbedaan bukan hal prinsip -- soal ibadah misalnya. Percikan percikan terjadi, tetapi masih sebatas hal yang umum.  Misalnya saya yang teledor, kurang teliti dan tidak sabaran. Istripun demikian, dengan kelebihan dan kekurangannya. Pasangan sebagai fungsi koreksi, menyadarkan kekurangan dan berusaha memperbaiki.

Dua - tiga tahun pernikahan terus merangkak ke tahun kelima, konon diyakini sebagai masa aman pertama. Bertambahnya usia pernikahan, diiringi dengan jenis pemasalahan. Ada masa kami focus mengasuh anak, dan masalah yang terjadi seputar anak.

Tahun ke sepuluh, pola relasi suami istri (menurut saya) menjadi lebih dewasa. Saya merasa, ada yang lebih prioritas dibanding diri sendiri. Adalah anak-anak yang butuh figure, dan tempat itu musti kami (ayah dan ibunya) yang mengisi. Saya merasa bukan siapa-siapa, apapun yang dilakukan sudah tentang anak.

Ujian pernikahan (benar) tak ada habisnya, ada kalanya anak sakit, satu waktu ganti istri yang sakit, saya juga pernah jatuh sakit. Kondisi yang mengaduk emosi, namun --lagi-lagi---ikatan suami istri menjadi lebih terkuatkan.

Kalau ingat bagaimana istri ngopeni saya ketika sakit, di hati ini langsung nyeeeees. Hal semisal ternyata juga dirasakan istri, ketika saya merawatnya sewaktu sakit. Demikian kehidupan pernikahan, suami istri musti sama-sama belajar. Bergandeng tangan saling menguatkan, mengikatkan dalam komitmen bersama.  

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Karena Menikah Menyempurnakan Separuh Agama

"Banyak cara untuk bahagia, tidak hanya dengan menikah"

"Menikah bikin tambah masalah, mending sendiri toh tidak merugikan orang lain"

"Tetangga gue menikah, malah kena KDRT dan tidak dinafkahi suami. Mending sendiri, bebas"

Saya pernah mendapati status di medsos, dengan kalimat semisal di atas. Memilih menikah atau tidak (bisa dibilang) hak setiap orang, tetapi sebaiknya jangan underestimate dengan pernikahan. Menikah tidak bisa diwakilkan, melalui satu keadaan (apalagi yang tidak mengenakan)

Saya (mencoba) memahami pembuat status, kemungkinan kesal ditanya orang di sekitar. Mungkin tertekan, karena ada yang mempermasalahkan kesendirian. Saya pernah di posisi seperti itu, dan keadaannya benar-benar membuat tidak nyaman. Belum menemukan tambatan hati, sebaiknya dijadikan pemicu untuk berusaha lebih.

Mengatasi kesendirian di usia matang, saya menghunjamkan niat menikah semakin kuat. Mencari ragam kegiatan, agar bertemu teman dan lingkungan pergaulan baru. Karena dari pertemanan tersebut, siapa tahu dibuka jalan bersua belahan jiwa.

Doa dan usaha yang kuat saya lakukan, di berbagi kesempatan. Sampai dipertemukan seorang gadis, setelah ngobrol gadis mengaku punya calon suami. Tidak mau patah arang, saya minta tolong dicarikan temannya yang siap menikah. Dari jalan inilah, alhamdulillah takdir jodoh itu didekatkan.

------

Dalam riwayat Anas bin Malik, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada setengah sisanya.


Mengacu contoh status medsos di atas.

Benar, bahwa menikah bukan satu satunya jalan menggapai bahagia. Benar, bahwa ada yang mengalami kasus kdrt setelah menikah. Benar, bahwa tidak menikah tidak merugikan orang lain.

Tetapi sebagai orang beragama, wajib kita saling mengingatkan. Bahwa menikah adalah jalan menyempurnakan agama. Kalau semua ibadah dilakukan rasanya belumlah komplit, maka sempurnakan dengan menikah.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Menikah tidak melulu menjanjikan bahagia, tetapi akan membukakan bahagia dari sudut yang lain. Misalnya suami rela bekerja keras, menahan lapar dahaga. Pulang membawa hasil diserahkan pada istri, uniknya akan memekarkan bahagia tak terkira.

Bisa jadi ( di luar sana) ada kasus kekerasan terjadi, tetapi masih banyak suami berlaku lembut memuliakan istri. Membahagiakan bisa pelesiran -- sendiri-- kemana suka, tanpa diganggu siapapun. Namun (yakinlah) bahagia akan bertambah, ketika ada orang terkasih (istri/anak) yang menyertai.

Kehidupan pernikahan, memang tak menjanjikan jalan bertabur mawar melati. Pernikahan memang tak selalu, bergelimang manisnya madu. Tapi pernikahan, akan mengantar pada bahagia yang tak terduga. Karena menikah menyempurnakan setengah agama.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun