Menyikapi Obrolan Tak Mengenakan Saat Lebaran

Pun dengan pertanyaan tak mengenakkan, soal kapan menikah, kapan punya momongan, kapan nambah momongan. Kita adalah panglima diri sendiri, sehingga bisa menentukan bagaimana menyikapi pertanyaan tersebut. 

Terhadap pertanyaan teman dan kerabat, saya mengabaikan meski sakit hati itu ada. Saya focus, pada pertanyaan dan sikap jutek ibu. Niat mulia ibu, ternyata menjadi dorongan berusaha lebih keras untuk menemukan tambatan hati.

Berbagi cara saya coba, diantaranya minta tolong dikenalkan (dicomblangi) dengan saudara atau kenalan sedang mencari suami. Tidak satu dua teman saya todong, karena kita tidak pernah tahu dari teman yang mana jodoh datang.  Dan benar prasangka saya, dari sekian banyak usaha ada satu teman menjadi jalan.

Dokpri

Hikmah saya petik, kalau tiada ada orang yang menjatuhkan, kalau ibu tidak "cerewet" mungkin saja dorongan berusaha lebih tidak ada. Kita membutuhkan orang lain, untuk memantik semangat berusaha lebih dari biasanya. Baik orang-orang ngeselin, di samping orang yang tulus menyayangi (misalnya ibu).

Aneka pertanyaan tak mengenakkan saat lebaran, kalau disikapi dengan tepat niscaya akan memberi dampak baik bagi diri. -salam semangat, semoga bermanfaat-