Sembari berusaha menghalau resah, saya meyakinkan diri pasti bisa melewati ini semua.
Saya melirik ke ayah saya, lelaki sederhana yang terbukti telah mampu memikul tugas mulia itu.
Di benak ini berkecamuk, tetapi seperti menemukan insight-insight tak terduga.
Bahwa pencarian nafkah adalah kewajaran, sebagai alasan manusia (baca ; suami) agar terus bergerak dan tak henti berupaya.
Bekerja bagi lelaki bergelar suami, menjadi sebab agar dirinya mengerahkan segenap energi dan kemampuan.
Sehingga terpupuk harga diri, berproses menjadi lelaki dewasa dan bertanggung jawab.
Perolehan rejeki (termasuk besaran) adalah bonus di setiap ujung usaha, telah menunggu dan digariskan Sang Pemilik Kehidupan.
Karena pada dasarnya setiap manusia, dicukupkan rejekinya masing-masing dan tugas kita menjemput dengan upaya terbaik.
Menikah dan Menjaga Harga Diri untuk Lelaki
Selesai perang Tabuk, Rasulullah SAW berhenti sejenak di sudut jalan kota Madinah, melihat dan menghampiri seorang tukang batu sedang beristirahat.
Tampak tangan si tukang batu melepuh, kulitnya legam kemerahan terpanggang terik.