Ketika pulang larut meeting dengan partner kerja, membicarakan kegiatan ngeblog hendak dihelat di bilangan Jakarta Timur.
Keesokan hari membuka membuka gadget saya mendapat kabar, bahwa kegiatan mendadak diundur dalam waktu belum ditentukan.
Berikutnya kabar serupa beruntututan saya terima, pembatalan beberapa acara yang sudah saya jadwalkan dan sepakati.
Sekolah anak tiba-tiba diumumkan diliburkan, menyusul anak yang di pondok juga dipulangkan.
Kemudian mulai dikenalkan istilah SFH (study from home), setelah sebelumnya mendengar istilah work form home (WFH).
Hari berhalan berganti minggu, kemudian minggu meniti ke bulan, dan tak terasa tiba di pergantian tahun berikutnya.
Di tahun yang baru masih mengantar kisah pilu, melanjutkan nestapa yang rasanya belum sampai penghujung.
Saya sendiri sempat merasakan berada di titik tidak berdaya, mengantarakan pada sikap pasrah sepenuhnya.
Merasa diri ini bukan siapa-siapa, tidak punya kuasa bahkan pada diri sendiri meskipun setitik debu.
Dua tahun berjalan dengan segala duka  dan sukanya, mengantarkan hikmah tak terbilang kata bagi saya dan keluarga.
Hikmah yang (tak dipungkiri) membentuk penyikapan baru, untuk keriaan atau kepedihan datang dan pergi.