Sependek pengalaman saya alami, yang berteriak biasanya tak terlalu paham kondisi.Â
Mereka hanya sekedar bersuara, tak jarang (para pemrotes) enggan diajak terlibat.
Entah apa maksud dibalik tindakannya, semoga diniatkan untuk kebaikan.
Sementara bagi pelaksana berbagi, sekira tak terlalu penting dan tak menganggu. Sebaiknya abaikan.
Toh jatuh bangun, sepi ramai, riuh senyap-nya kegiatan, si pelaksana sendiri yang mengatasi. Jadi hemat energi.
Soal dianggap pamer atau show off, itu hanya masalah pandangan orang.
Saya sepakat, ketulusan berbagi tidak dipengaruhi dengan pendapat orang lain.
Dipublish ataupun tidak hanya soal teknis, keikhlasan adalah murni urusan dengan Tuhan.
Apapun reaksi netizen ditampung saja, kalau berupa pujian jangan sampai melenakan. Pun jika berupa kritikan(atau cemoohan), jangan sampai menyurutkan apalagi menghentikan langkah.
Bagi penggiat kebaikan, sebaiknya focus untuk meluruskan dan memperbaiki niat.
Karena musuh (kebaikan) sebenarnya bukan orang lain, tetapi adalah diri sendiri.