Saya belajar banyak, dan berusaha mengais hikmah dalam kondisi seperti saat ini. Pengalaman mengurus orang sakit, sungguh memberi banyak ibroh baik secara lahir maupun batin.
Saya orangnya tergolong tidak sabaran, mudah banget terpancing emosi dan lekas panas -- duh rasanya malu dengan umur.
Tetapi melalui teguran, berupa peristiwa (yang sekilas terkesan) tak  mengenakkan. Saya seperti disentil, ditunjukkan betapa kita manusia lemah tiada berdaya. Tak sepantasnya, diri memiliki rasa lebih baik dari orang lain -- ya Rabb maafkan kami.
Saya orang yang memanfaatkan situasi, ketika merasa di posisi benar dan menang.
Orang yang nyata-nyata berbuat salah terhadap saya, dikerjai sampai kapok dan menyesal. Atau kadang saya minta ganti rugi, membuat orang yang salah tidak berkutik.
Sesungguhnya sikap demikian terkesan manusiawi, karena ada sebab yang membuat tersulut amarah. Entah sebab dirugikan atau dikecewakan orang lain.
Apalagi kalau keadaan genting dan mendesak, kemudian ada pihak yang menggagalkan rencana atau tujuan.Â
Kemarahan meluap adalah sebuah kewajaran.
Tetapi, sependek pengalaman saya lewati. Setiap kewajaran, belum tentu berbuah baik, atau justru bisa menjerumuskan diri sendiri.
Mewajarkan setiap luapan emosi, karena orang lain berbuat salah. Sangat mungkin, seketika itu membuat ego (merasa) terunggulkan.