Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Yuk, Jalankan Kebiasaan Sedikit Makan dan Konsumsi Madu Kojima!

4 Mei 2021   17:20 Diperbarui: 4 Mei 2021   17:27 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asupan yang masuk ke dalam tubuh kita, sejatinya sebagai (salah satu) musabab performa tubuh. Menyimak kajian seorang dokter yang juga ustad, saya tercerahkan, bahwa sedikit makan (ternyata) memiliki dampak yang bagus.

Tetapi musti didukung asupan yang menyehatkan dan toyib, madu Kojima bisa dijadikan pilian. Kojima, Madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (habbatussauda), dan Madu. Tiga bahan tersebut membantu menjaga daya tahan tubuh, sehingga badan tidak mudah terkena penyakit, sekaligus sebagai penambah nutrisi tubuh -- selama berpuasa.

Madu sebagai sumber asam amino, membantu membangun sel serta jaringan yang rusak. Kemudian membawa oksigen sebagai bagian dari sistem enzim, serta mengatur reaksi biokimia, otot, ligamen, darah, rambut dan lain sebagainya.

------

Ibnu Umar RA, di sebuah kesempatan pernah mengatakan "Saya sudah 4 bulan tidak pernah kenyang. Bukan karena saya tidak mampu, tetapi saya melihat orang-orang soleh tidak pernah kenyang".

Saya kagum dengan gaya hidup Nabi dan para sahabat, serta orang- orang soleh. Mereka terbiasa memenjarakan hawa nafsu, untuk kebaikan sejati untuk kebahagiaan hakiki. Mereka melihat urusan dari sudut pandang lebih jauh, yaitu dampaknya dalam waktu panjang. Termasuk soal mengonsumsi makanan, tidak sampai berlebihan atau kekenyangan.

Ketika kita sekarang makan dengan lahap (kadang sampai bega), seketika lambung terasa kenyang berharap bisa menjalankan kegiatan. Tetapi kenyataan berbeda, buah dari kenyang adalah kantuk. Kalau kita berbuka berlebihan, tak jarang bisa kelewatan tawareh, tadarus dan ibadah lainnya.

Penjelasan dokter Zaidul Akbar cukup masuk akal, beliau memberi analogi kinerja tubuh dengan sebuah perjalanan.  Misalnya dari Jakarta ke Bandung, tangki roda empat diisi 40 liter BBM (full tangki). Kebutuhan bahan bakar utama (misal) 30 liter, sisanya 10 liter berarti cadangan.

Agar kinerja mesin bagus, setelah bahan bakar utama habis tangki jangan diisi dulu. Gunakan bahan bakar cadangan, misalnya untuk keperluan selama di Bandung.  Usahakan mengisi bahan bakar, ketika sebagian besar ruang di tangki kosong. Sehingga mesin mendapatkan bahan bakar baru, dan menyebabkan kinerja mesin kembali prima.

dokpri
dokpri
Pun tubuh kita, prioritas bahan bakunya adalah gula. Kalau bahan utama habis terpakai, maka biarkan cadangan glikogen berupa lemak terpakai. Umumnya manusia dewasa cadangan lemak sebesar 15%, ketika cadangan digunakan maka energi akan powerfull .

Saya mebayangkan, kalau lemak ditubuh belum digunakan sudah diisi asupan lagi. Buka puasa langsung makan berat, selepas maghrib diisi lagi (padahal belum lapar). Setelah taraweh makan lagi, tak lama setelahnya tidur dan keesokan hari bangun untuk makan sahur.

Sebulan saja kebiasaan ini dijalankan, saya yakin kegemukan tak perlu dinanti telalu lama. Inilah penyebab puasa badan tambah melar, nilai puasa (menahan hawa nafsu - di dalamnya makan minum) seolah tidak diterapkan.

Masih menurut dokter Zaidul Akbar, secara berkala setiap sendi tubuh terjadi recycle. Ada yang setiap 3-5 hari, ada yang 12 hari, 3 bulan, pun 4 bulan (atau 120 hari). Kita kembali focus pada kalimat Ibnu Umar RA, beliau tidak kenyang selama 4 bulan. Konon regenerasi sel darah, terjadi setiap 120 hari alias 4 bulan -- Subhanalloh.

sumber gambar: nadariau.com
sumber gambar: nadariau.com

Yuk, Jalankan Kebiasaan Sedikit Makan dan Konsumsi Madu Kojima!

Bulan Ramadan bulan penuh berkah dan hikmah, bulan membersihkan diri, bulan mem-restart jiwa dan raga. Dengan harapan di hari yang fitri, bisa menjadi pribadi lebih baik, menjadi pribadi yang menebarkan rahmat.

Untuk menjadi menebar rahmat, musti dimulai dari memerangi diri sendiri (hawa nafsu). Baik nafsu dalam hal makan minum, nafsu sikap berlebihan, nafsu berbicara yang tidak berguna dan semua hal yang terkait nafsu.

Gaya hidup Ramadan, bagi saya gaya hidup ideal sesuai syariat. Menyedikitkan makan/ minum ( seperlunya saja), kemudian diimbangi dengan memilih asupan yang sehat dan toyib.

Saya memilih madu Kojima, sudah tersedia dalam kemasan botol dan sachet. Cukup dengan sekali teguk, bisa mendapat tiga manfaat.

Yaitu --

  • Manfaat Korma : Mengandung senyawa fenolik dan karotenoid, berfungsi untuk mendukung imunitas (efek anti mikroba dan sifat antioksidan). Kurma sebagai sumber energi, membantu memenuhi kebutuhan vitamin B.
  • Manfaat Jinten Hitam (Habbatussauda) ; Sifat antibakteri mampu membasmi virus penyebab hepatitis C, HIV, dan flu. Berkhasiat menghambat pertumbuhan jamur, dianggap mampu melawan infeksi. Kandungan Tgymoquinone dalam biji jinten hitam, dipercaya sebagai senyawa aktif yang mempunyai efek antikanker.
  • Madu ; Madu sudah tidak diragukan lagi manfaatnya, membantu meningkatkan imunitas/ daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah, meningkatkan trigliserida (satu jenis lemak di dalam darah)

Kami sekeluarga sudah minum madu Kojima, rasanya cukup unik. Ada manisnya, asamnya dan segar. Mengonsumsi saat sahur, membantu menjaga daya tahan tubuh saat berpuasa. Sedangkan mengonsumsi saat berbuka, membantu mengembalikan nutrisi hilang saat berpuasa. 

O'ya jangan kawatir, madu Kojima bisa dikonsumsi semua orang di atas usia 2 tahun. Ragil saya sudah sepuluh tahun,  artinya kami sekeluarga bisa mengonsumsi madu Kojima.

Tapi perlu diingat makan/minum jangan berlebih, pesan seorang ahli nutrisi "Sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan tidak baik, termasuk asupan yang baik sekalipun"

dokpri
dokpri
Puasa Ramadan bisa dijadikan ajang latihan, melatih mengelola (atau mengendalikan) hawa nafsu.  Saya jadi ingat saat memulai diet  (lima tahun silam), kala itu dokter menasehati saya,  untuk makan sedikit tapi sering dibanding makan banyak (atau buuanyak) tapi jarang.

Konon, makan sedikit memberi kesempatan tubuh menyerap zat yang ada di makanan tersebut. Kemudian setelah perut merasa lapar, baru makan lagi dalam porsi secukupnya -- begitu seterusnya.

Sementara makan dalam porsi banyak, tidak memberi kesempatan tubuh menyerap sari makanan dengan baik. Mengingat pesan dokter, saya seperti menemukan benang merah. Kebiasaan sedikit makan, ditinjau dari sudut pandang syariat dan medis.

-----

Ibnu Kaldun pernah berpesan ; Kalau ada banyak korban gara-gara musibah kelaparan, maka yang mati gara-gara kelaparan sesungguhnya bukan karena lapar, tapi karena kebiasaan kenyang.

Kita bisa belajar dari kisah masa lalu, bahwa dari sebuah piring ternyata memberi banyak ibroh. Melalui sebuah piring, bisa mewakili syahwat karakter seseorang, bisa menggambarkan syahwat jiwa/ kebiasaan dan syahwat-syahwat yang lainnya.  Gaya hidup sedikit makan, bisa menjadi cara melatih agar fisik sehat dan jiwa juga sehat.

Mengikuti kajian bersama dokter Zaidun Akbar, membuat saya diam-diam meragukan kalimat "Men Sana in Corpore Sano" (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat). Seharusnya dibalik, diawali dari jiwa yang kuat, maka membuat tubuh sehat.

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun