Konon, makan sedikit memberi kesempatan tubuh menyerap zat yang ada di makanan tersebut. Kemudian setelah perut merasa lapar, baru makan lagi dalam porsi secukupnya -- begitu seterusnya.
Sementara makan dalam porsi banyak, tidak memberi kesempatan tubuh menyerap sari makanan dengan baik. Mengingat pesan dokter, saya seperti menemukan benang merah. Kebiasaan sedikit makan, ditinjau dari sudut pandang syariat dan medis.
-----
Ibnu Kaldun pernah berpesan ; Kalau ada banyak korban gara-gara musibah kelaparan, maka yang mati gara-gara kelaparan sesungguhnya bukan karena lapar, tapi karena kebiasaan kenyang.
Kita bisa belajar dari kisah masa lalu, bahwa dari sebuah piring ternyata memberi banyak ibroh. Melalui sebuah piring, bisa mewakili syahwat karakter seseorang, bisa menggambarkan syahwat jiwa/ kebiasaan dan syahwat-syahwat yang lainnya. Â Gaya hidup sedikit makan, bisa menjadi cara melatih agar fisik sehat dan jiwa juga sehat.
Mengikuti kajian bersama dokter Zaidun Akbar, membuat saya diam-diam meragukan kalimat "Men Sana in Corpore Sano" (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat). Seharusnya dibalik, diawali dari jiwa yang kuat, maka membuat tubuh sehat.
Semoga bermanfaat