Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Semakin Sepuh Orangtua Semakin Butuh Perhatian

14 Januari 2021   20:26 Diperbarui: 17 Januari 2021   06:22 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer, salam sehat selalu. Apalagi di kondisi seperti saat ini, kita musti menjaga daya tahan tubuh. Terkhusus ayah dan ibunda berusia lanjut, semoga selalu diberkati kesehatan lahir dan batin. Orangtua yang sudah sepuh, lazimnya akan memiliki keunikan keunikan baru. Perubahan sikap terjadi, menjadi begitu tergantung kepada anak-anak yang (secara fisik) kuat.

Anak jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Meskipun banyak ujian kesabaran akann dilewati, tetapi bukankah semasa kecil kita sering menguji kesabaran orangtua.

Saya pribadi masih ingat kejadian, nangis kejer di pasar dan menjadi tontonan orang orang.  Kala itu wajah ibu merah padam menahan malu, buru-buru menutup warung dan pulang padahal sedang ramai pembeli.

Tetapi rasa sayang ibu dan ayah tak seketika pudar, kejadian memalukan itu seolah berlalu begitu saja. Permaafan ayah dan ibu jauh lebih besar, dibanding kekesalan sempat terjadi.

Maka kapan lagi kalau bukan sekarang, anak punya waktu berbakti. Semestinya anak menyediakan diri mengurusi orangtua, yang menanam budi tak terkira. Meskipun saya yakin, mereka tidak mengharap balasan.

Melihat anak-anaknya sudah mandiri, orangtua dijamin turut bahagia dan tidak ingin merepotkan. Apalagi kepada anak yang berkeluarga, memiliki tanggungan anak dan istri. Ayah dan ibu biasanya menunjukkan sikap penolakan, ketika si anak bermaksud membelikan sesuatu sebagai tanda berbakti.

Tetapi penolakan ayah dan ibu sebaiknya jangan menyurutkan niat, karena kita peluang berbakti tak elok dilewatkan. Niscaya mereka akan menerima pemberian anak, membalas dengan bertubi-tubi doa. Doa orangtua (terlebih ibu) inilah yang mahal, kemanjurannya tak terbantahkan.

Semakin Sepuh Orangtua Semakin Butuh Perhatian

Sejak pandemi merebak, setahun lebih saya tidak menginjakkan kaki di kampung halaman. Apalagi belakangan diberlakukan PSBB di Jabodetabek, membuat pergerakan semakin terbatas. Alasan tidak pulang semakin kuat, meski rasa kangen sebenarnya menggelayut.

Setiap berkomunikasi dengan ibu melalui sambungan telepon, saya sangat paham keinginan agar ragilnya mudik. Tetapi kondisi yang tidak memungkinkan, membuat perempuan empat belas cucu ini tak mengungkapkannya. Sangat mungkin Kompasianer, berada pada posisi demikian.

Hari-hari belakangan memang sangat berbeda, tidak seperti dua atau tiga tahun sebelumnya. Banyak hari-hari tertentu (hari raya atau libur), terpaksa dilewatkan di rumah.

Pun saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, sebulan penuh tidak taraweh di masjid. Sedih pasti, melewatkan bulan suci dengan banyak keterbatasan. Maka tak heran kalau banyak moment penting terlewatkan, termasuk mudik lebaran bersua dengan orangtua.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Dan siapa nyana, kekangenan yang sangat ternyata membawa dampak. Pada orang tertentu menyebabkan sakit fisik, dan itu yang dialami (salah satunya) oleh ibu saya. Kekangenan membuat fisiknya drop, badannya yang ringkih akhirnya tumbang.

Saya tak bisa menahan diri, memilih lekas pulang menemui ibu . Serangkaian prosedur diikuti, melakukan test swap dan alhamdulillah hasilnya negatif. Kepulangan kali ini sengaja lebih lama, dibandingkan mudik pada hari-hari biasanya. Nyaris sepekan di rumah, saya menemani dan melayani ibu.

Di hari ketiga saya di rumah, ibu mulai tampak berjemur di teras ketika matahari sepenggalah. Meskipun untuk berjalan masih tertatih, tetapi setidaknya ada perubahan.

Beberapa tetangga menghampiri, menyatakan suka cita melihat ibu kembali sehat. Dan rupanya faktor kangen kepada anak diakuinya sendiri, disampaikan kepada tetangga yang menyempatkan ngobrol.

Kompasianers, semakin sepuh ayah dan atau ibu semakin butuh perhatian. Jangan enggan melakukannya, dengan alasan yang sebenarnya bisa diupayakan. Karena kita semua tidak tahu, berapa panjang waktu tersedia untuk bersua orang dicinta. Usia adalah rahasia Illahi, mari gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun