Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak adalah Entitas yang Berbeda dari Orangtuanya

8 Februari 2020   09:23 Diperbarui: 9 Februari 2020   13:00 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orangtua mana, yang  tidak sayang dengan buah hatinya. Konon, dinamakan buah hati karena orangtua mempersembahkan rasa sayang dari lubuk hati.

Ya, ayah dan ibu, adalah orang pertama dan terdepan rela mengorbankan apa yang dimiliki demi buah hati di kasihi. Karena begitulah naluri sejati bekerja, seperti diperlihatkan induk ayam yang sekuat tenaga melindungi anak-anaknya.

Maka saya dibuat heran, ketika melihat, mendengar dan atau membaca berita, tentang orangtua yang abai dalam tugas melindungi anak-anaknya. Tega berbuat aniaya kepada darah dagingnya, patutlah dipertanyakan dan masuk kategori orangtua dengan pengecualian.

Orangtua dengan amanah pengasuhan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hari pembalasan. Sekecil kebaikan diperbuat, akan mendapati balasan (pun dengan dosa).  

Tugas menjadi orangtua bukan tugas mudah, menuntut si ayah atau ibu update dengan perkembangan jaman. Temasuk soal pola pengasuhan, jangan sampai menerapkan pola lama yang sudah tidak sesuai jaman.

"Biar Aku Saja yang Menderita, Anakku Jangan!"
Ada teman yang saya kenal dengan baik, saking sayang kepada anak, jadinya terlalu memanjakan. Apa yang diingini anak dikabulkan, bahkan saat anak belum berucap sudah dibelikan.  "Biar gue aja yang merasakan penderitaan, anak gue jangan," ujarnya suatu saat.

Teman ini berkisah kepada saya, tentang masa kecilnya yang penuh penderitaan. Kenangan kenangan pahit berkelindan diungkapkan, membuat dada saya ikut sesak ketika mendengarkan. 

Mulai dari membantu orangtua untuk mencari nafkah, kemudian mengasuh adik-adiknya sembari mengerjakan pekerjaan rumah. Sampai pekerjaan turun ke sawah, telah dilakoni semenjak belia sepulang sekolah.  "Pokoknya, gue dulu nggak punya masa kecil," ucapnya pilu.

dokpri
dokpri
Saya dibuat salut dan kagum, dengan perjalanan hidup yang telah dilalui kawan ini. Dan ketika mendapati teman ini sekarang mapan secara financial, saya ikut bersyukur dan memang sudah sepantasnya.

Sekarang, teman baik ini telah memiliki keluarga kecil, dan tercukupi masalah sandang pangan papan. Sebuah jabatan diemban di kantornya, membuatnya tampak berkelas dan berwibawa.

Mendengar penuturannya tentang masa silam, memberi kesimpulan kepada saya. Bahwa setiap pencapaian, mustilah diraih dengan kerja keras dan tertatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun