"Semalam diskusi bareng istri, terus pada pokok bahasan tertentu kami berdebat. Karena ngerasa benar, gue googling, lihatin data dan argumentasi yang mendukung opini. Saat menjelaskan panjang lebar, istri lebih banyak diam, kemudian wajah berubah tidak terlalu antusias.
Akhirnya istri tidak bisa berkutik, diujung perdebatan menyudahi dengan raut kesal. Sebenarnya gue sebel dengan kebiasaan ini, kalau kalah dia mesti ngambek (btw, saya membatin --pada kata kebiasaan-- berarti pasangan ini sering debat).
Iya sih, pendapat gue emang benar dan gue menang debat pada malam itu, tapi selanjutnya kamar dikunci dan gue tidur di kursi tamu."
Curhatan panjang dari teman kantor kala itu, meski tidak dikatakan semua kisah, tetapi saya bisa mengendus nada getir di dalam setiap kata dan kalimat. Saya mengakui, secara keilmuan teman ini memang pintar, kami di kantor kerap "dibantai" saat meeting mingguan.Tetapi susah jadinya, jika sikap yang sama (berdebat di kantor) diterapkan dalam kehidupan rumah tangga.
Pada satu sisi, saya membenarkan sikap si istri, yang tidak bersikeras mendebat dan masih mau mengalah, kalau tidak begitu pertengkaran yang semual kecil akan tersulut menjadi besar.
"Pagi tadi, mau berangkat kerja, gue tetep dibuatin sarapan seperti biasa, disediain kopi, diantar sampai pagar, tapi nggak ada obrolan hangat, jadi rasanya hambar" lajutnya.
Pada bagian curhatan ini, sungguh saya memendam harap, teman pintar yang sedang merana ini cepat terbuka hati dan segera merubah sikap. Bahwa tidak ada untungnya menghadapi istri, dengan bertahan pada pendapat sendiri (meskipun benar)
"Cobain, ntar pulang kantor bawain makanan kesukaan istri, sambil minta maaf" celetuk saya ketika diminta saran. Kesannya, saya memberi saran, padahal justru saya belajar banyak dan mengambil hikmah dari kisah teman ini.
Belajar dari kawan ini, saya merasa berdiskusi dengan istri bebas-bebas saja, tetapi sebaiknya jangan terlalu kaku dan pilih kalimat yang lentur dan fleksibel. Memberi ruang pada pendapat istri sangat perlu, agar merasa pendapatnya dihargai, sambil memberi masukan dengan kalimat yang membesarkan hatinya.
"Ide bunda bagus, kalau misalnya ayah tambah begini, bagaimana."
Jangan Bangga Menang Debat dengan Istri
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!