Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merendahlah Agar Jodohmu Mendekat

14 Juli 2019   22:14 Diperbarui: 14 Juli 2019   22:20 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi jangan salah ada kasus, justru pada kesan pertama seseorang tampak jutek, menyebalkan dan kurang asyik (apalagi) menarik. Tetapi setelah pertemuan berikutnya dan berikutnya, kemudian mengenal lebih dalam ternyata justru jadi akrab dan menjadi teman dekat.

"Liat loe pertama kali, gue sebel banget dan males, baru setelah kenal ternyata loe baiknya minta ampun," Kompasianer, mungkin pernah dengar kan, komentar seperti ini.

Lalu bagaimana jadinya, kalau ternyata diri ini berada diposisi, yang menurut orang (banyak) kurang bisa memberi kesan pertama yang baik. kemudian berlanjut tidak baik pada kesan kedua, ketiga dan seterusnya. Berarti saatnya introspkesi diri !

Merendahlah Agar Jodohmu Mendekat

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Tanpa kita sadari, kadang diri kita terlau egois, merasa sudah mengupgrade diri dengan skill dan pengetahuan yang mumpuni dan sebegitu tinggi. Hal demikian biasanya terlegitimasi, melalui capain jabatan di tempat pekerjaan, atau gelar akademis dari jenjang sekolah bergengsi.

Dampaknya, secara otonatis status sosial terdongkrak, kita dihormati orang di sekitar. Sehingga memasang patokan dalam mencari dan mendapatkan pasangan, dengan standart yang menurut kita pantas dan sepadan (kalau tidak mau dibilang tinggi) dengan diri sendiri.

Sementara waktu terus melaju, kriteria pasangan yang ditetapkan bisa saja datang cepat atau bisa saja datang terlampau lambat. Setelah berusaha kenalan dan mencoba dekat, ternyata tidak sesuai dengan kriteria diinginkan.

Sebagai umat beragama, saya sangat meyakini bahwa lahir menikah dan kematian sudah digariskan Tuhan. Khusus terkait jodoh (pernikahan), menurut saya ada peran kita manusia sendiri dalam pengupayaannya.

Bahwa jodoh sudah disediakan Tuhan, memang benar begitu adanya. Tetapi, kita manusia diberi kesempatan untuk melakukan penjemputan. Persis seperti rejeki, musti ada upaya yaitu dengan cara bekerja, agar rejeki datang kepada kita.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Kalau saya dulu, pada usia duapuluhan sampai duapuluh lima tahun, masih sangat idealis menetapkan standart pasangan. Mencari istri yang punya pendidikan (minimal) S1, berkarier di kantor, penampilannya begini dan begitu.

Menginjak usia 26- 27 tahun, mulai berpikir bahwa saya harus berusaha lebih keras dan lebih agresif. Berani memulai kenalan dan membuka obrolan, mengajak tukar nomor handphone dan berani datang ke rumah atau kost yang sedang ditaksir dan seterusnya.

Lewat 27 tahun ternyata belum ada yang nyantol, mulai minta tolong teman, kalau saja ada saudara atau kenalan yang masih jomblo dan pengin serius---hehehe. Sungguh, awalnya saya malu untuk minta dicomblangin, tapi bagaimana lagi, namanya juga usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun